Find Us On Social Media :

Lantang Sebut Veronika Koman Provokator, Berikut Profil Nicholas Messet, Sang Pendiri KKB Papua yang Akui Propaganda OPM Hasil dari Sesat Pikir Tipu Daya Para Pengeruk Keuntungan

Nick Messet bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam sidang Umum PBB di New York, Amerika Serikat.

Gridhot.ID - KKB Papua kini gencar menebar teror ke pemerintahan Indonesia.

Dikutip Gridhot dari Tribun Palu, dalam beberapa kesempatan bahkan para panglima KKB Papua melalui sebuah video mengancam pemerintahan Indonesia dengan lantang.

Sebelumnya KKB Papua memenggal kepala seorang pendulang emas.

Kepala korban bahkan ditenteng dengan santainya dan dipajang di markas.

Teror berkelanjutannya ini terus dilakukan sebagai upaya KKB membuat Papua memisahkan diri dari Indonesia.

Padahal pendiri KKB Papua atau OPM sendiri malah sudah mengakui Indonesia.

Sosoknya adalah Nicholas Messet.

Berikut profil Nicholas Messet, tokoh pendiri OPM organisasi yang bertujuan untuk kemerdekaan Papua dari NKRI.

Dikutip Gridhot dari Tribun Manado, dulunya Nicholas Messet merupakan anggota OPM namun kini telah kembali ke pangkuan NKRI karena mengaku termakan doktrin Propaganda sesat.

Baca Juga: Pemerintah Korea Selatan Sibuk Debat Persingkat Masa Wajib Militer untuk Bintang KPop, Manajemen BTS Justru Tak Masalah Membernya Abdikan Diri ke Negara Sejenak: Meningkatkan Popularitas Mereka

Nicholas Messet menjadi salah satu korban Propaganda sesat pikir yang menyeruak di tanah Papua.

Aksi teror yang dilancarkan oleh kelompok yang menamakan diri sebagai Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB Papua boleh jadi karena termakan Propaganda sesat dan tidak tahu sejarah asli tanah Papua.

Tak sedikit yang masih tak paham karena dipengaruhI oleh orang-orang luar yang sebetulnya juga ingin mengeruk keuntungan dari Papua dan orang-orang Papua.

Mereka mengira bahwa Papua itu sebuah entitas yang berdiri sendiri, tidak ada hubungannya dengan NKRI, bahkan dicaplok oleh NKRI.

Padahal sesungguhnya antara NKRI dan Papua (minus Papua Nugini) memiliki kesamaan sejarah, yakni wilayah Hindia-Belanda, bekas jajahan Belanda di masa lalu.

Begitulah pemahaman Nicholas Messet, tokoh yang merupakan korban propaganda sesat pikir yang menyeruak di tanah Papua.

Nicholas sempat mengaku bahwa dirinya tidak tahu sejarah, tapi kemudian menjadi tahu dan sadar bahwa Papua dan NKRI adalah dua wilayah yang memiliki sejarah dan nasib yang sama, hal yang menjadi dasar pendirian NKRI yang merdeka dari penjajahan Belanda 17 Agustus 1945.

Berikut adalah kesaksian Nicholas Messet yang setelah sadar dan tahu akhirnya kembali ke pangkuan NKRI pada tahun 2007.

Melansir TribunPapua.com, Nicholas Messet dulunya adalah seorang pendiri Organisasi Papua Merdeka ( OPM ).

Baca Juga: Gigit Jari Tak Lagi Nikmati Fasilitas Mewah Usai Cerai dari Dewi Perssik, Angga Wijaya Rela Hidup Ngekos Usai Angkat Kaki dari Rumah Sang Pedangdut: Bergaya Sesuai Isi Dompet

Bahkan, selama 40 tahun tokoh ini mencari arti dari kata kemerdekaan bagi Papua.

Ia lama malang melintang di negeri Paman Sam alias Amerika Serikat.

Dalam sebuah video yang diunggah akun facebook Yudi Prasetyo Djojokusumo, medio 2020, secara gamblang Nicholas Messet mengisahkan perjalanan hidupnya.

Awalnya, ia terhentak saat Nicolaas Jouwe, pemimpin Papua yang terpilih sebagai wakil presiden dari Dewan Nugini yang mengatur koloni Belanda, Nugini Belanda, bercerita tentang pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) John F Kennedy.

Dalam pertemuan itu, Kennedy menyadarkan Nicolaas Jouwe bahwa dirinya telah dicurangi Belanda.

“Pada 24 Agustus 1828, Papua adalah bagian dari Hindia-Belanda. Itu artinya Anda (Papua) adalah bagian dari Indonesia,” kata Kennedy kepada Nicolaas Jouwe, sebagaimana diceritakan Nicholas Messet dalam video tersebut.

Berdasarkan cerita Jouwe tersebut, Nicholas Messet kemudian memutuskan untuk pulang kembali ke Indonesia.

Sebelum mengambil keputusan itu, Nicholas Messet mengaku telah berkeliling dunia selama 40 tahun untuk mencari arti kemerdekaan.

Khususnya untuk menjawab pertanyaan, apakah benar bangsa Papua itu merdeka?

Baca Juga: 'Darahnya Agak Kegencet', Terbang ke Singapura Demi Obati Penyempitan Sumsum Tulang Belakang, Ruben Onsu Beberkan Hasil Endoskopi yang Dijalaninya

“Setelah mendapat jawaban dari bapak almarhum Nicolaas Jouwe di Belanda, maka saya berpikir bahwa saya harus kembali ke Republik Indonesia. Dan saya kembali tahun 2007,” terangnya.

Nicholas Messet mengaku menjadi salah satu orang yang ikut mengibarkan bendera bintang kejora Papua pada tanggal 1 Desember 1961.

Kala itu dia masih berusia 15 tahun, 59 tahun lalu, dan tidak banyak orang yang hadir dalam acara tersebut.

Terlepas dari itu, dia kini tegas mengakui bahwa Papua sudah merdeka di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

“Mengapa saya katakan demikian? Karena pada tanggal 24 Agustus 1828 pemerintah Belanda atau pemerintah Kolonial Belanda waktu itu resmi menyatakan bahwa tanah Papua adalah bagian dari Hindia-Belanda,” tegasnya.

“Sementara Hindia-Belanda itu dijajah oleh pemerintah Belanda. Untuk itu, kita sudah merdeka tanggal 17 Agustus 1945. Kita adalah bagian dari Republik Indonesia,” tekannya.

Atas alasan itu, dia mengajak para simpatisan OPM untuk bangun dari tidur dan sadar bahwa cita-cita pembentukan negara Papua adalah tipu daya Belanda.

“Jadi untuk saya, bendera itu kenangan lama. Kenang-kenangan yang Belanda menipukan kita bahwa kita akan menjadi satu negara sendiri di luar dari Republik Indonesia,” tandasnya.

Tuding Veronica Koman Provokator

Baca Juga: Sesumbar Punya 5 Aspri, Iqlima Kim Bantah Ikuti Jejak Hotman Paris, Ungkap Tugas Para Asisten Pribadinya

Setelah tahu dan sadar akan sejarah ini, Nicholas Messet akhirnya sangat mencintai NKRI dan menegaskan bahwa Papua bagian dari NKRI.

Tokoh-tokoh yang berusaha dan mendukung kemudian dianggapnya sebagai provokator.

Salah satu contoh sikap Nicholas Messet adalah ketika Veronica Koman, seorang tokoh yang menyebut diri pejuang Hak Asasi Manusia (HAM) memproklamirkan adanya pelanggaran hak asasi manusia (HAM) oleh pihak Indonesia di Papua.

Seperti dilansir Antara, Nicholas Messet akhirnya mencap Veronica Koman sebagai provokator di Papua.

Menurut Nicholas, Veronica Koman sama sekali tidak punya hak untuk bicara masalah Papua, terlebih ia dalam situasi pelarian ke Australia.

"Anda, Veronica Koman, bukan orang Papua. Anda tidak lebih dari seorang provokator,” ujar Nicholas Messet, dalam acara webinar “Memahami Papua, serta Upaya Penyelesaian Secara Kolaboratif dan Holistik" sebagaimana dilansir Antara.

Karena itu, Nicholas Messet mengimbau berbagai pihak untuk untuk memprovokasi masalah Papua sebab saat ini Pemerintah Republik Indonesia sangat intens membangun Papua.

“Anda hanya mencari keuntungan atas kekisruhan ini. Saya harap, Anda Veronica Koman jangan campuri lagi urusan Papua, Anda adalah provokator yang pengecut bersembunyi di luar negeri,” ujar Nick Messet.

Menurut Nick Messet, masih ada kelompok kriminal di Papua, tetapi eksistensinya sudah semakin melemah yaitu OPM tersebar dalam empat faksi, yaitu Komite Nasional Papua Barat (KNPB) dengan Presiden Victor Yeimo.

Baca Juga: Geger Penemuan Mayat dengan Mulut Berbusa Tergeletak di Atas Penutup Saluran Air Parkiran Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Warganet: Keracunan?

Kemudian, United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) dengan Presiden Benny Wenda, OPM Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (OPM-TPNPB) dipimpin Jeffrey Bolmanak, dan Kelompok Negara Federal Republik Papua Barat (NFRPB) dengan Presiden Forkorus Yaboisembut.

“Sekarang dengan pendekatan antropologi budaya yang dilakukan pemerintah pusat di Jakarta, pemberdayaan masyarakat adat dan hak-hak masyarakat adat di Papua harus menjadi perhatian. Orang Papua harus segera bangkit dari keterpurukan,” kata Nicholas Messet.

(*)