Find Us On Social Media :

Benny Wenda Sibuk Cari Kawan, Pendiri KKB Papua Ini Justru Sudah Sadar Sejak Lama Bahwa Perjuangan OPM Hasil Tipu Daya Belaka, Puluhan Tahun Mencari Jawaban, Ini Hasilnya

Nicholas Messet (2 dari kiri) bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla di PBB New York, Amerika Serikat.

Gridhot.ID - KKB Papua terus menebar teror di Indonesia.

Tak hanya menyerang aparat, KKB Papua bahkan menyerang dan membunuh warga sekitar yang menghalangi tujuan mereka.

Selain kelompok bar-bar tersebut, pentolan KKB Papua, Benny Wenda juga masih getol mencari dukungan untuk pemisahan Papua Barat.

Dikutip Gridhot dari Tribun Palu, Benny Wenda terus menghimpun kekuatan di luar negeri.

Para senator parlemen Spanyol pun terbuai rayuannya untuk mendukung pergerakan OPM.

Bahkan Benny Wenda sudah membentuk kabinet sendiri melangkahi restu dari Presiden Jokowi.

Beda jauh dengan Benny Wenda yang masih tenggelam dalam ambisinya, pendiri KKB Papua yang satu ini justru sudah menemukan pencerahan.

Namanya adalah Nicholas Messet.

Dikutip Gridhot dari Tribun Manado, sosok Nicholas Messet mungkin sudah tak asing lagi di kalangan anggota KKB Papua.

Baca Juga: Ini Alasan Nathalie Holscher Melarang Baby Adzam Menginap di Tempat Sule, Ibu Sambung Putri Delina Akui Punya Kekhawatiran Ini

Dia merupakan mantan petinggi KKB Papua yang insyaf setelah tahu dicurangi oleh kolonial Belanda.

Nicholas Messet dulunya adalah salah satu pendiri Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Nicholas Messet kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi sejak 2007 silam.

Selama 40 tahun tokoh ini mencari arti dari kata kemerdekaan bagi Papua.

Ia lama malang melintang di negeri Paman Sam.

Dalam sebuah video yang diunggah akun facebook Yudi Prasetyo Djojokusumo, medio 2020, secara gamblang Nicholas Messet mengisahkan perjalanan hidupnya.

Seperti dilansir dari Tribun Palu dalam artikel 'Bos Besar KKB Papua Sadar Dicurangi Belanda Gara-gara Ucapan Presiden AS, Kini Pilih Kembali ke NKRI'.

Awalnya, ia terhentak saat Nicolaas Jouwe, pemimpin Papua yang terpilih sebagai wakil presiden dari Dewan Nugini yang mengatur koloni Belanda, Nugini Belanda bercerita tentang pertemuannya dengan Presiden Amerika Serikat (AS) John F Kennedy.

Dalam pertemuan itu, Kennedy menyadarkan Nicolaas Jouwe bahwa dirinya telah dicurangi Belanda.

Baca Juga: Malapetaka Bagi Taiwan! Tak Cuma Kerahkan Pesawat Tempur, China Juga Tembakkan 11 Rudal Balistik Dongfeng ke Wilayah Dekat Taipei

“Pada 24 Agustus 1828, Papua adalah bagian dari Hindia-Belanda. Itu artinya anda (Papua) adalah bagian dari Indonesia,” kata Kennedy kepada Nicolaas Jouwe, sebagaimana diceritakan Nicholas Messet dalam video tersebut.

Berdasarkan cerita Jouwe tersebut, Nicholas Messet kemudian memutuskan untuk pulang kembali ke Indonesia.

Sebelum mengambil keputusan itu, Nicholas Messet mengaku telah berkeliling dunia selama 40 tahun untuk mencari arti kemerdekaan.

Khususnya untuk menjawab pertanyaan, apakah benar bangsa Papua itu merdeka?

“Setelah mendapat jawaban dari bapak almarhum Nicolaas Jouwe di Belanda, maka saya berpikir bahwa saya harus kembali ke Republik Indonesia. Dan saya kembali tahun 2007,” terangnya.

Nicholas Messet mengaku menjadi salah satu orang yang ikut mengibarkan bendera bintang kejora Papua pada tanggal 1 Desember 1961.

Kala itu dia masih berusia 15 tahun, 59 tahun lalu, dan tidak banyak orang yang hadir dalam acara tersebut.

Terlepas dari itu, dia kini tegas mengakui bahwa Papua sudah merdeka di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

“Mengapa saya katakan demikian? Karena pada tanggal 24 Agustus 1828 pemerintah Belanda atau pemerintah Kolonial Belanda waktu itu resmi menyatakan bahwa tanah Papua adalah bagian dari Hindia-Belanda,” tegasnya.

Baca Juga: Wajahnya Kini Wara-wiri di Televisi Pasca Gugat Cerai Ayah Putri Delina, Nathalie Holscher Disebut Bakal Pindah ke Rumah Baru, Pemberian Sule?

“Sementara Hindia-Belanda itu dijajah oleh pemerintah Belanda. Untuk itu, kita sudah merdeka tanggal 17 Agustus 1945. Kita adalah bagian dari Republik Indonesia,” tekannya.

Atas alasan itu, dia mengajak para simpatisan OPM untuk bangun dari tidur dan sadar bahwa cita-cita pembentukan negara Papua adalah tipu daya Belanda.

“Jadi untuk saya, bendera itu kenangan lama. Kenang-kenangan yang Belanda menipukan kita bahwa kita akan menjadi satu negara sendiri di luar dari Republik Indonesia,” tandasnya.

(*)