Find Us On Social Media :

Gembar-gemborkan Senjata Rusia Paling Unggul, Vladimir Putin Bak Dibungkam Data, Ekspor Alutsista Moskow Ternyata Masih Berada di Bawah Negara Ini

Presiden Rusia Vladimir Putin

GridHot.ID - Presiden Rusia Vladimir Putin membuat komentar pada pembukaan Forum Teknis Militer Internasional Angkatan Darat 2022 dan Pertandingan Angkatan Darat Internasional 2022 di Moskow.

Forum tersebut terdiri dari sekitar 1.500 perusahaan industri pertahanan dalam negeri yang menampilkan lebih dari 28.000 sampel modern produk militer dan penggunaan ganda yang dijadwalkan untuk didemonstrasikan.

Dilansir dari News Week, Presiden Rusia Vladimir Putin menggembar-gemborkan era baru sistem senjata negaranya yang "lebih cepat beberapa dekade dari rekan-rekan asing".

Gembar-gembor Putin itu muncul ketika pejabat Pentagon memperkirakan bahwa antara 70.000 dan 80.000 tentara Rusia telah terbunuh atau terluka dalam perang, sejak invasi Ukraina dimulai 24 Februari 2022 lalu.

Selanjutnya, melansir Kontan.co.id, Putin mengatakan bahwa Rusia siap untuk menjual senjata canggih kepada sekutu di seluruh dunia.

Dia juga menegaskan, negaranya juga siap bekerja sama dalam mengembangkan teknologi militer.

Melansir Reuters via Kontan.co.id, pernyataan Putin tampak meragukan karena pasukannya dikalahkan dari dua kota terbesar di Ukraina.

Belum lagi, Rusia mengalami kemajuan yang lambat dan mahal di provinsi-provinsi timur.

Disebutkan, perang sejauh ini terbukti menjadi pertunjukan yang tidak meyakinkan bagi industri senjata Rusia.

Namun Putin, dalam pidatonya di pameran senjata di luar Moskow, bersikeras bahwa senjata Rusia lebih unggul dari negara manapun.

Dia mengatakan bahwa Rusia menghargai hubungannya yang kuat dengan Amerika Latin, Asia dan Afrika, serta siap untuk menyediakan sekutu di sana dengan berbagai macam senjata dari senjata kecil hingga kendaraan lapis baja, artileri, pesawat tempur, dan drone.

Baca Juga: Ekonomi Rusia Anjlok dan Merosot Sejak Vladimir Putin Invasi Ukraina, Pakar: Krisis Bergerak di Sepanjang Lintasan yang Mulus

“Hampir semuanya telah digunakan lebih dari satu kali dalam operasi tempur nyata,” tegasnya.

Putin mengatakan bahwa tawaran Rusia termasuk senjata presisi tinggi dan robot.

Dia menambahkan, “Banyak dari mereka bertahun-tahun, atau mungkin beberapa dekade di depan rekan-rekan asing mereka, dan dalam hal karakteristik taktis dan teknis mereka secara signifikan lebih unggul dari negara-negara asing.”

Data Reuters menunjukkan, Rusia menempati urutan kedua setelah Amerika Serikat dengan penjualan senjata dengan nilai sekitar US$ 15 miliar per tahun, hampir seperlima dari pasar ekspor global.

Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, dari 2017 hingga 2021, 73% dari penjualan itu hanya mengalir ke empat negara, yakni India, China, Mesir, dan Aljazair.

Analis militer Barat mengatakan perjuangan Rusia melawan musuh yang jauh lebih lemah di Ukraina dapat merusak penjualan Putin.

“Dengan runtuhnya hubungan ekonomi dengan Barat, Rusia menjadi lebih bergantung pada perdagangan senjata daripada sebelumnya, jadi tidak mengherankan jika Putin sangat tertarik untuk mempromosikannya ke sebanyak mungkin klien non-Barat,” kata Ruth Dermond, Dosen Senior di Departemen Studi Perang di King's College London.

Dia juga bilang, “Masalah besar baginya adalah bahwa perang Rusia melawan Ukraina adalah bencana bagi kredibilitas militer Rusia—itu adalah iklan yang sangat buruk untuk senjata mereka.”

Ketika ditanya sistem senjata Rusia mana yang berkinerja lebih buruk di Ukraina, pensiunan Jenderal AS Ben Hodges mengutip penilaian pejabat pertahanan AS bahwa Rusia memiliki tingkat kegagalan hingga 60% untuk beberapa rudal berpemandu presisinya.

Hodges, mantan komandan pasukan militer AS di Eropa, menambahkan bahwa sanksi Barat terhadap Rusia juga menimbulkan pertanyaan tentang kemampuannya untuk mendapatkan komponen dan menyediakan perawatan untuk senjata yang dijualnya.

“Sebagai pembeli potensial, saya akan sangat memperhatikan kualitas peralatan dan keberlanjutan industri Federasi Rusia,” katanya. (*)