Find Us On Social Media :

Bertahan Hidup Modal Makan Pisang dan Mancing Ikan, Prajurit Terakhir PD II Ini 30 Tahun Sembunyi di Indonesia,Tak Pernah Ketahuan Tentara Gara-gara Memasak Pakai Cara Senyap Ini

Teruo Nakamura, tentara Perang Dunia Kedua terakhir yang ada di Indonesia

Baca Juga: Bisnis Putrinya di Lahat Tiba-tiba Didatangi Oknum Polisi dari Jakarta, Susno Duadji Hubungi Kabareskrim, Komjen Agus Andrianto Ungkap Hal Tak Biasa: Liar Itu Bang!

Karena Nakamura tidak melapor, Tentara Jepang menyatakan dia meninggal pada 13 November 1944.

Teruo Nakamura Bertahan Hidup dengan Makan Pisang dan Memancing Ikan

Teruo Nakamura tinggal bersama beberapa tentara Jepang lainnya di Pulau Morotai selama dua belas tahun.

Karena mereka kehilangan kontak radio dengan komandan mereka, mereka tidak tahu perang telah berakhir.

Ketika selebaran dijatuhkan di atas pulau Morotai pada 1945 yang menyatakan bahwa Jepang telah menyerah dan perang telah berakhir, Nakamura dan rekan-rekannya menganggapnya sebagai propaganda musuh.

Nakamura yakin perang masih terjadi lantaran pesawat terbang yang terus-menerus terbang di atas Morotai.

Ketika pesawat perlahan menjadi modern, dia berasumsi ada perlombaan senjata yang terjadi antara kekuatan Sekutu dan Poros.

Pada kenyataannya, ada pangkalan Angkatan Udara Indonesia di dekatnya, dan dia melihat penerbangan latihan sehari-hari.

Pada tahun 1956, Nakamura meninggalkan rekan-rekan pasukannya dan membangun gubuk kecil di ladang.

Dia bertahan hidup dengan menanam ubi jalar dan memakan pisang dari pohon.

Dia menghibur dirinya dengan memancing dan mengutak-atik sempoa yang dia buat.

Baca Juga: Hancurkan Masa Depan Bharada E, Ferdy Sambo Berjanji Akan Lakukan Ini untuk Tebus Dosanya pada Richard Eliezer

Dia memasak hanya saat hari gelap agar musuh tidak melihat asap dari apinya.

Teruo Nakamura menghitung hari-hari yang berlalu dengan mengamati siklus bulan, dan menghitung bulan serta tahun dengan mengikat simpul di tali.

Hingga pada pada 18 Desember 1974, tersiar kabar bahwa satu orang tentara Jepang tidak pernah mendapatkan memo akhir perang.

(*)