Find Us On Social Media :

Bertahan Hidup Modal Makan Pisang dan Mancing Ikan, Prajurit Terakhir PD II Ini 30 Tahun Sembunyi di Indonesia,Tak Pernah Ketahuan Tentara Gara-gara Memasak Pakai Cara Senyap Ini

Teruo Nakamura, tentara Perang Dunia Kedua terakhir yang ada di Indonesia

Gridhot.ID - Perang Dunia kedua atau PD II diketahui merupakan 'bencana' kemanusiaan yang memakan banyak korban.

Dikutip Gridhot dari laman Wikipedia, PD II berlangsung dari tahun 1939 sampai 1945.

Perang ini digadang-gadang melibatkan lebih dari 100 juta pasukan militer yang tersebar di seluruh dunia.

Bahkan Perang Dunia kedua merupakan konflik paling mematikan dalam sejarah umat manusia.

Indonesia pun tak luput dari peperangan ini.

Diketahui, Indonesia sempat mengalami penjajahan yang dilakukan oleh Jepang.

Tentu masyarakat Indonesia melakukan perlawanan sengit di tengah penjajahan ini.

Hingga akhirnya Indonesia bisa benar-benar merdeka pada tanggal 17 Agustus tahun 1945.

Namun tahukah Anda mengenai kisah prajurit terakhir dari yang terakhir dan terus 'berperang' meski Perang Dunia II telah usai?

Dikutip Gridhot dari Intisari, namanya adalah Teruo Nakamura, dia tidak percaya bahwa perang sudah berakhir dan tinggal dalam gubuk kecil di Pulau Morotai Indonesia sampai ditemukan pada 1974.

Pada 1970-an, Perang Dunia II telah berakhir selama hampir tiga dekade.

Baca Juga: Mahir Bahasa Rusia Sampai Jadi Sarjana, Irma Hutabarat yang Dampingi Ayah Brigadir J di Wisuda Almarhum Putranya Ternyata Bukan Sosok Biasa, Ini Profilnya

Kebanyakan tentara muda Jepang lainnya sudah kembali kembali ke rumah dan mulai membangun rumah tangga.

Namun pada 18 Desember 1974, tersiar kabar bahwa ada satu prajurit yang tidak pernah mendapatkan memo berakhirnya perang.

Teruo Nakamura lahir sebagai Attun Palalin pada 8 Oktober 1919 di Taiwan.

Juga disebut Suniuo, dia adalah anggota suku Amis, kelompok Pribumi Taiwan.

Tetapi ketika ia mendaftar di Unit Sukarelawan Takasago Tentara Kekaisaran Jepang pada November 1943 dan segera ditempatkan di Pulau Morotai.

Pada 15 September 1944, pasukan Amerika dan Australia menyerang pulau itu dalam misi Pertempuran Morotai.

Tentara Jepang berjuang keras hingga banyak nyawa yang melayang.

Banyak dari orang-orang yang tersisa menyerah kepada pasukan Sekutu, tetapi beberapa mundur ke pedalaman hutan lebat.

Sementara itu, unit Nakamura diperintahkan untuk melakukan perang gerilya.

Selama beberapa bulan berikutnya, banyak sisa-sisa anggota Tentara Jepang ditangkap, diserahkan, atau meninggal.

Tetapi Teruo Nakamura tetap bersama sekelompok kecilnya yang tersesat dan terus mengikuti perintah meskipun tak tahu bagaimana caranya berkomunikasi dengan dunia luar.

Baca Juga: Bisnis Putrinya di Lahat Tiba-tiba Didatangi Oknum Polisi dari Jakarta, Susno Duadji Hubungi Kabareskrim, Komjen Agus Andrianto Ungkap Hal Tak Biasa: Liar Itu Bang!

Karena Nakamura tidak melapor, Tentara Jepang menyatakan dia meninggal pada 13 November 1944.

Teruo Nakamura Bertahan Hidup dengan Makan Pisang dan Memancing Ikan

Teruo Nakamura tinggal bersama beberapa tentara Jepang lainnya di Pulau Morotai selama dua belas tahun.

Karena mereka kehilangan kontak radio dengan komandan mereka, mereka tidak tahu perang telah berakhir.

Ketika selebaran dijatuhkan di atas pulau Morotai pada 1945 yang menyatakan bahwa Jepang telah menyerah dan perang telah berakhir, Nakamura dan rekan-rekannya menganggapnya sebagai propaganda musuh.

Nakamura yakin perang masih terjadi lantaran pesawat terbang yang terus-menerus terbang di atas Morotai.

Ketika pesawat perlahan menjadi modern, dia berasumsi ada perlombaan senjata yang terjadi antara kekuatan Sekutu dan Poros.

Pada kenyataannya, ada pangkalan Angkatan Udara Indonesia di dekatnya, dan dia melihat penerbangan latihan sehari-hari.

Pada tahun 1956, Nakamura meninggalkan rekan-rekan pasukannya dan membangun gubuk kecil di ladang.

Dia bertahan hidup dengan menanam ubi jalar dan memakan pisang dari pohon.

Dia menghibur dirinya dengan memancing dan mengutak-atik sempoa yang dia buat.

Baca Juga: Hancurkan Masa Depan Bharada E, Ferdy Sambo Berjanji Akan Lakukan Ini untuk Tebus Dosanya pada Richard Eliezer

Dia memasak hanya saat hari gelap agar musuh tidak melihat asap dari apinya.

Teruo Nakamura menghitung hari-hari yang berlalu dengan mengamati siklus bulan, dan menghitung bulan serta tahun dengan mengikat simpul di tali.

Hingga pada pada 18 Desember 1974, tersiar kabar bahwa satu orang tentara Jepang tidak pernah mendapatkan memo akhir perang.

(*)