Melansir The EurAsian Times, Selasa (12/7/2022), lebih lanjut, laporan tersebut menginformasikan bahwa proyek pembangunan futuristik senilai 8 miliar dollar AS akan mencakup bandara, fasilitas angkatan laut, dan instalasi militer yang dibangun di hutan dekat Teluk Orokolo – sekitar 250 kilometer barat laut ibu kota Papua Nugini, Port Moresby.
Lebih dari seminggu kemudian, kedutaan besar China di negara Pasifik Selatan itu membantah laporan Daily Mail tersebut.
Meski Australia khawatir dengan pengaruh China di Pasifik, namun tidak berarti Australia akan mengeluarkan dana tambahan untuk hal yang dianggapnya tidak perlu untuk membatasi pengaruh China.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan kepada media lokal bahwa Australia akan melakukan banyak hal untuk menantang China, namun tidak akan membeli Kepulauan Konflik.
Melansir Russian Today, Rabu (25/8/2022), saat ini, pemilik Kepulauan Konflik (Conflict Islands) mengancam akan menjualnya ke China.
Pulau-pulau itu terdiri dari 21 atol karang yang terletak di lepas pantai timur Australia antara Papua Nugini dan Kepulauan Solomon.
Memperhatikan bahwa Kepulauan Konflik hanyalah beberapa dari lebih dari 500 pulau di daerah itu, Albanese berpendapat bahwa pembayar pajak Australia tidak dalam posisi untuk membeli semuanya hanya agar China tidak menguasai salah satu dari mereka.
Terlebih, itu akan menjadi preseden yang mengerikan.
"Jika penjual aset datang melalui media (untuk) mengatakan, 'Saya ingin Australia membeli ini atau ada implikasinya, kami akan menjualnya ke China', pikirkan di mana itu berakhir, dalam hal pembayar pajak," katanya.
Pemilik pulau saat ini, pensiunan pengusaha Ian Gowrie-Smith, telah mengirim email kepada Menteri Luar Negeri Penny Wong pada bulan Juni dengan tawaran untuk menjualnya seharga 36 juta dollar Australia.
Pulau-pulau itu terletak strategis di dekat salah satu jalur pelayaran utama Australia dan tiga kabel data besar yang membawa data Australia di sepanjang dasar laut.