Find Us On Social Media :

Peringatan Tak Digubris, Taiwan Akhirnya Tembak Jatuh Drone Diduga Milik China, Menteri Luar Negeri Tiongkok: Tidak Perlu Buat Keributan!

Ilustrasi konflik China-Taiwan

Kementerian Luar Negeri China pada hari Senin menolak keluhan Taiwan tentang drone dengan mengatakan "tidak perlu membuat keributan".

China memandang Taiwan yang diperintah secara demokratis sebagai wilayahnya sendiri, meskipun ada keberatan keras dari pemerintah di Taipei.

Taiwan telah menguasai Kepulauan Kinmen, yang pada titik terdekatnya adalah beberapa ratus meter dari wilayah China, sejak pemerintah Republik Tiongkok yang dikalahkan melarikan diri ke Taipei setelah kalah perang saudara dengan komunis Mao Zedong pada tahun 1949.

Selama puncak Perang Dingin, China secara teratur menembaki Kinmen dan pulau-pulau lain yang dikuasai Taiwan di sepanjang pantai China.

Sementara Taiwan mempertahankan kehadiran militer yang cukup besar, dan pulau itu sekarang juga menjadi tujuan wisata.

Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan Kompas.com, 3 September 2022, diberitakan sebelumnya, dalam beberapa bulan terakhir, pemerintah dan organisasi masyarakat sipil di Taiwan telah memulai serangkaian pelatihan yang dirancang untuk meningkatkan kesiapan tempur dan tanggap darurat.

Baca Juga: Terekam Tertawa Terbahak-bahak Saat Rekonstruksi, Kuat Ma'ruf Langsung Berubah Ekspresi Jadi Begini Saat Sadar Wajahnya Disorot Kamera

Salah satu organisasi terdepan dalam upaya ini adalah Forward Alliance, sebuah NGO yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan nasional Taiwan.

Sejak Maret lalu, NGO ini menawarkan program pertahanan sipil yang melatih peserta untuk melakukan pertolongan pertama, mengobati trauma, melakukan operasi pencarian dan penyelamatan, dan menemukan tempat perlindungan selama situasi darurat.

"Kami melatih warga sipil dalam menanggapi krisis," kata Enoch Wu, pendiri Forward Alliance. "Ini tentang bagaimana menjaga komunitas tetap berjalan. dan pelatihan membantu mempersiapkan warga dari krisis buatan manusia atau alam."

Program pelatihan awalnya dijadwalkan untuk dimulai pada bulan Agustus, tetapi perang di Ukraina meningkatkan rasa urgensi di seluruh Taiwan, sehingga Forward Alliance memutuskan untuk memulai pelatihan pada bulan Maret.

"Kami telah menerima tuntutan yang sangat kuat dari masyarakat. Orang ingin tahu bagaimana mereka dapat saling membantu dan mereka ingin tahu bagaimana melayani masyarakat, bahkan ketika mereka tidak berseragam," kata Wu kepada DW.