Find Us On Social Media :

Santhara Diduga Jadi Kepercayaan yang Dianut Keluarga yang Tewas di Kalideres, Pakar Forensik Emosi: Tidak Mungkin Penganutnya Hanya 4 Orang

Ilustrasi sekte yang diduga dianut satu keluarga yang meninggal dunia di Kalideres Jakarta Barat.

Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar

Gridhot.ID - Kematian satu keluarga di Kalideres Jakarta Barat tampak masih misterius.

Dilansir Gridhot.ID dari artikel terbitan TribunJatim, 17 November 2022, meski belum diketahui penyebab pasti kematian beruntun keluarga yang tertutup di Perumahan Citra Garden Satu Extension, Kalideres, Jakarta Barat, titik terang mulai terlihat.

Sejak ditemukan meninggal dunia pada Jumat (11/11/2022) lalu, apa yang dilakukan satu keluarga ini memang belum bisa benar-benar terjawab.

Apalagi ada dugaan keterlibatan sekte atau dogma tertentu yang mewarnai pemicu kematian empat orang anggota keluarga tersebut.

Pakar forensik akhirnya mengungkap dugaan kepercayaan yang bernama Santhara.

Apa sebenarnya Santhara dan seperti apa para penganutnya?

Pakar Forensik Emosi dan Trainer Investigasi Handoko Gani menduga jika satu keluarga tewas di Jakarta Barat ini menganut kepercayaan Santhara.

Santhara merupakan kepercayaan dari India, yakni fasting to dead atau bersumpah untuk berhenti makan sampai benar-benar meninggal.

Santhara adalah kepercayaan dari agama yang disebut tertua di dunia.

Baca Juga: Memiliki Wujud yang Beragam Jika Menampakkan Diri, Berikut Ciri-ciri Manusia yang Didampingi Khodam Orang Suci dan Waliyullah

Santhara merupakan bagian dari Jainisme, salah satu agama tertua di dunia. 

Handoko saat dihubungi menjabarkan seperti apa para penganut agama ini.

"Kalau dugaan saya lebih kepada kepercayan tertentu yang dianut, sehingga memutuskan bunuh diri, itu lebih cocok ya menurut saya," ujar Handoko saat dihubungi, Senin (14/11/2022).

"Mungkin ada keyakinan bahwa bunuh diri seperti itu adalah sebuah jalan hidup yang mulia dan diperbolehkan. Nah itu harus diselidiki. Apakah ada kaitannya dengan kepercayaan tertentu?" lanjut Handoko.

Menurut Handoko, polisi perlu melakukan penyelidikan lebih lanjut, apakah orang pertama yang meninggal dalam keluarga tersebut adalah jenazah yang dipaksa dan disiksa untuk tidak makan?

Handoko menyebut bahwa dalam kepercayaan Santhara, ada beberapa pihak merupakan orang yang memaksa atau dalam tanda kutip membunuh korbannya.

Kemudian, karena kelainan jiwa atau menganut kepercayaan tertentu, orang tersebut akhirnya depresi atau alasan lain yang membuatnya memutuskan tidak makan.

"Itu memang menarik untuk dibedah. Saya rasa yang sangat unik dan bisa dicek adalah otaknya," ujar Handoko.

"Karena ada teori-teori tertentu, yang menyatakan kelainan jiwa itu terkait dengan kelainan struktur tertentu di otak, nah apakah ada kolerasi ke sana? karena hanya itu petunjuk-petunjuk yang ada," lanjutnya. 

Baca Juga: Dapat Berikan Asupan Serat dan Bersifat Antimikroba, Daun Jambu Biji Nyatanya Bisa Jadi Obat Alami Penderita Asam Lambung, Begini Cara Raciknya

Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan TribunSumsel, 16 November 2022, Handoko mengatakan, pada kasus tersebut, jika di sekitar korban tidak ada jejak penyiksaan dan kekerasan, maka akan menjadi sebuah pertanyaan besar.

Apalagi, kata Handoko, tetangga sekitar tak mendengar emosi apapun yang dilontarkan empat orang tersebut sebelum meninggal, seperti teriakan atau tangisan.

"Ini pertanyaannya, apakah ada yg meminta mereka untuk tidak makan? Menjalani ritual tertentu sehingga tidak makan dan meninggal?" Kata Handoko.

Namun, menurut Handoko, apabila benar sebuah kepercayaan, apakah penganutnya empat orang tersebut atau hanya orang terakhir yang hidup saja?

"Kenapa indikasinya orang terakhir? karena dia yang memaksa, menjalani, dan dia yang menyaksikan dua orang pertama menjadi korban meninggal. Baru kemudian, dia mungkin mengalami kelainan mental dan menjadi depresi, frustasi, sehingga ikut tidak makan juga," jelas Handoko.

"Itu yang lebih masuk akal, daripada mempercayai keempatnya. Namun, bukan berarti tidak mungkin," lanjutnya.

Handoko melanjutkan, kemungkinan tersebut bisa saja sama seperti kepercayan tertentu atau terorisme, suami yang meyakinkan isterinya dulu, baru keluarganya.

Pada kasus ini, kata Handoko, bisa jadi ada yang mengikut. Seperti, suami yang ikut paman, dan lain sebagainya.

"Santhara itu tadi saya bilang, fasting to dead. Jadi menarik untuk digali," ujar Handoko.

Baca Juga: Arti Kedutan di Tumit Kaki Kiri, Primbon Jawa Ramalkan Jadi Pertanda Baik, Konon Bakal Diserbu Keberuntungan Luar Biasa

Handoko mengatakan, alasan kelainan mental karena menganut kepercayaan tertentu, itu bisa saja terjadi.

Menurutnya, jika polisi benar-benar bisa menggali soal kepercayaan, maka titik terang tersebut segera terpecahkan.

"Kalau sampai ada kepercayaan itu di Indonesia, tidak mungkin kan penganutnya hanya empat orang?," ujarnya.

Menurutnya, pasti ada dalang yang mengajarkannya.

Sementara, jika bukan karena kepercayaan, katakanlah pembunuhan atau keracunan. Maka motif-motif, jejak, serta barang buktinya harus ditemukan.

Terlebih, rumah dalam keadaan rapih, tanpa ada bekas kekerasan atau kejahatan tertentu.

Sehingga, kata Handoko, salah satu yang paling membantu untuk melacak dan memecahkan kasus tersebut adalah alat komunikasi yang digunakannya. 

Alat komunikasi itu bisa berupa apapun, termasuk tulisan, meski tidak selalu buku dan catatan.

"Pasti ada jejak komunikasinya, itu salah satu cara untuk membuktikan bahwa ada kelainan mental atau keunikan kepercayaan yang dianutnya," jelas Handoko.

Baca Juga: Tuding Adik Rizky Febian Gimmick, Teddy Pardiyana Sebut Keakraban Putri Delina dengan Bintang Demi Konten Semata: Bukan Kasih Sayang Asli

Sementara itu, Polda Metro Jaya masih menyelidiki penyebab kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan mengatakan, polisi juga mendalami soal dugaan empat orang yang ditemukan tewas itu mengikuti aliran atau sekte tertentu.

"Penyebabnya apakah karena menganut aliran tertentu atau ada hal lain ini masih didalami," kata Zulpan kepada wartawan, Rabu (16/11/2022).

Zulpan memastikan keempat korban itu tewas bukan karena kelaparan.

"Sementara bukan karena kelaparan," ujar dia.

Siang ini, tim gabungan dokter forensik dari jajaran Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri dan ahli Universitas Indonesia (UI) melakukan pemeriksaan keempat jenazah.

"Kemudian dari kedokteran forensik, laboratorium forensik, untuk mengetahui DNA. Kita teliti semua. Nanti tunggu hasilnya," kata Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

Hengki menuturkan proses penyidikan menggunakan metode scientific crime investigation diharapkan dapat mengungkap kasus meninggalnya satu keluarga ini.

Mobil milik korban yang sebelumnya diketahui hilang kini sudah ditemukan, dan dari hasil penyidikan diketahui bahwa kendaraan tersebut sudah dijual oleh adik korban, Budyanto Gunawan (69).

Baca Juga: Hidupnya Jauh dari kata Sial dan Mampu Menaklukkan Rintangan dengan Mudah, 3 Weton Ini Konon Dilindungi Khodam Patih Gajah Mada

"Kita sudah temukan mobil milik korban dan ternyata dijual oleh almarhum Budyanto. Di showroom seputar TKP, jadi kita sudah temukan. Kita putus dulu motifnya, apakah ada pencurian," tuturnya.

(*)