GridHot.ID -Kamaruddin Simanjuntak mengungkit peristiwa kebakaran gedung Baintelkam Polri saat kasus tambang ilegal memanas.
Ferdy Sambo dan Hendra Kurniawan kini menyebut Komjen Agus Andrianto terima suap tambang ilegal Ismail Bolong di Kalimantan.
Lantas apa kaitannya sehingga Kamaruddin menyentil soal kebakaran gedung Baintelkam Polri?
Mengutip Kompas TV, Gedung Badan Intel dan Keamanan (Baintelkam) Polri di Jakarta mengalami kebakaran pada Kamis (24/11/2022) malam.
Jurnalis KOMPAS TV Jonah Hamonangan mengabarkan dari lokasi bahwa kobaran api masih berupaya dipadamkan hingga pukul 23.15 WIB.
"Tengah dilakukan pemadaman. Jadi, dari pemadam kebakaran menurunkan kurang lebih 15 mobil dengan 60 personil," kata Jonah.
Kebakaran pertama dilaporkan tejadi pukul 19.55 WIB. Setelah itu, api berhasil dipadamkan pukul 20.00 WIB dengan alat pemadam kebakaran (APAR) di lokasi.
Informasi itu selaras dengan yang disampaikan Suparno, petugas call center Damkar Jakarta Selatan.
"Cuma dipadamkan pakai APAR saja kok. Di ruang Badan Intel katanya, kami juga belum dapat datanya, sih," kata Suparno, menukil Kompas.com.
Kendati sempat padam, namun ternyata kebakaran kembali terjadi di lokasi yang sama.
"Terjadi lagi kebakaran kedua, dan akhirnya petugas pemadam kebakaran datang," kata Jonah.
Belum diketahui secara pasti terkait penyebab kebakaran itu. Pun, belum ada petugas yang mengonfirmasi data kerugian dan korban.
Media dan pihak tak berkepentingan dilarang masuk selama proses sterilisasi.
Dilansir dari tribunnews.com, kasus tambang ilegal yang menerjang Polri makin memanas.
Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo sudah angkat bicara.
Kini Ismail Bolong, mantan anggota Polri yang mengaku menyetor uang ke Kabareskrim Komjen Agus Andrianto tengah diburu.
Meskipun Ismail Bolong sudah membantah pengakuan viralnya itu dibuat atas ada intimidasi dari Hendra Kurniawan.
Kubu Ferdy Sambo dan Hendra Kurniawan satu suara, membenarkan kasus tambang ilegal Ismail Bolong melibatkan Kabareskrim Agus Andrianto.
Terkini kuasa hukum Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak ikut angkat bicara.
Di tengah perseteruan Ferdy Sambo-Hendra Kurniawan dengan Kabareskrim Komjen Agus Andrianto, Kamaruddin Simanjuntak menyingung gedung Baintelkam Mabes Polri yang terbakar.
Lantas apa kaitannya antara gedung Baintelkam terbakar dengan kasus tembang ilegal Ismail Bolong ?
Kamaruddin Simanjuntak: Ada Sesuatu yang Terjadi Dibalik Gedung Baintelkam Terbakar
Kamaruddin Simanjuntak menanggapi perseteruan antara Ferdy Sambo dengan Kabareskrim, Komjen Agus Andrianto.
Menurut kuasa hukum keluarga Brigadir J itu ada sesuatu yang terjadi dibalik gedung Baintelkam terbakar.
Dalam gedung terbakar tersebut juga terdapat kantor paminal, yang sebelumnya dijabat Brigjen Hendra Kurniawan.
Sebagaimana diketahui bahwa eks Karo Paminal itu merupakan terdakwa perintangan penyidikan atau obtruction justice meninggalnya Brigadir J.
"Kita lihat aja kemarin kan tiba-tiba kebakaran Itu Gedung Baintelkam, apa sih yang ada di dalam gedung Baintelkam ? selain Intel kan disitua ada Paminal," ujar Kamaruddin.
"Itu kan kantornya Brigjen Hendra Kurniawan kan yang HK itu yang b95 HK, itu kan kantor dia," kata Kamaruddin dilihat dari Kompas TV yang tayang pada Minggu (27/11/2022).
Menurut Kamaruddin bahwa di gedung paminal terdapat data data atau catatan catatan anggota polisi yang bermasalah.
"Data siapakah di Paminal, ya data atau dosa dosa daripada aparatur kepolisian, karena ini kan polisinya polisi," ungkapnya.
"Nah kenapa itu harus terbakar, ya supaya data-data itu hilang. Nah kan sudah terjadi selama ini dimana-mana juga begitu," tambahnya.
Kamaruddin Simanjuntak Harap Perseteruan antara Kelompok Bareskrim dengan Propam Segera Berakhir
Menurut Kamaruddin bahwa umumnya terjadi kebakaran gedung jika melibatkan pejabat atau orang besar.
Dibandingkannya dengan rumah penduduk yang sudah ditempati selama 30 tahun tidak mengalami kebakaran.
"Kalau terjadi perseteruan yang melibatkan orang-orang besar itu biasanya pasti terbakar. Sedangkan rumah penduduk yang sudah kabelnya 20 hingga 30 tahun nggak terbakar terbakar tuh, sedangkan gedung orang ini masih baru, dijaga polisi 24 jam, dijaga Provos bisa tiba-tiba terbakar," ujarnya.
"Itu (kebakaran gedung) kalau ada perseteruan tapi, tapi kalau tidak ada perseteruan nggak terbakar terbakar gitu loh," sebut Kamaruddin.
Dia berharap bahwa perseteruan kedua belah pihak dapat segera selesai.
"Jadi mudah-mudahan perseteruan antara kelompok bareskrim dengan Propam ini segera berakhir," harapnya.
Jokowi Diminta Selamatkan Polri agar Tak Ada Sandera Menyandera
Perseteruan kedua belah pihak di institusi kepolisian tersebut dikatakan Kamaruddin akibat Presiden Jokowi yang tidak segera membantu menyelamatkannnya.
Sehingga dampaknya sesama anggota polisi yang berpangkat bintang di pundaknya saling sandera.
"Itulah yang saya sebutkan dulu dengan analisa dan kecerdasan saya selalu bilang kepada Pak Jokowi, Pak Jokowi selaku Presiden Republik Indonesia, tolong dong selamatkan Polri ini. Supaya mereka tidak sandera menyandera,"
"Karena Pak Jokowi tidak peduli, cuman bilang empat kali buka seterang terangnya, ya inilah mereka sandera menyandera toh,"
Didalam gedung tersebut juga menurut Kamaruddin terdapat berkas mantan anggota polisi, Ismail Bolong, pengusaha tambang batubara di Kalimantan Timur.
"Ismail bolong ini mengaku bahwa dia dipaksa atau ditekan oleh Paminal atau Propam untuk membaca-baca hasil berita cara pemeriksaan itu, dibaca dan divideokan,"
"Mereka merasa bahwa Bareskrim menjerat mereka, maka tiba-tiba dari kelompok sana ada perlawanan. Padahal sebetulnya kan yang bermasalahkan Ferdy Sambo bukan institusinya. Kebetulan saja Ferdy Sambo sebagai jenderal bintang dua penjahatnya, diduga penjahat,"
"Kan yang melaporkan saya bukan Kabareskrim, yang mengungkap juga kan saya. Kalau saya yang mengungkap saya yang BAP kan tidak sah. Maka saya mengungkap, Bareskrim yang BAP. Jadi Bareskrim tidak salah,"
"Kalau mereka jadi dendam kepada Kabareskrim juga tidak tepat, yang tepat itu mereka menyadari kesalahannya. Kemudian minta maaf kepada Tuhan dan menyesal, minta maaf kepada orang tua almarhum Brigadir Yosua Hutabarat, pemerintah, wartawan, masyarakat Indonesia, selesai. Maka pertolongan Tuhan datang,"
"Kalau mereka jadi dendam kepada Kabareskrim karena saya mengungkap kejahatan mereka, salah," tandasnya.
Ruangan Baintelkam Kebakaran, Polri: Sudah Bisa Dikendalikan, Tidak Ada Barang Terbakar
Sebuah ruangan di Badan Intelijen dan Keamanan (Baintelkam) Mabes Polri sempat mengalami kebakaran pada Kamis (24/11/2022) malam.
Polri pun memberikan penjelasan soal insiden kebakaran tersebut.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Ahmad Ramadhan menuturkan dugaan adanya kebakaran bermula dari dua baterai uninterruptible power supply (UPS) yang mengalami kerusakan.
Kerusakan itu membuat adanya kepulan asap.
"Infonya ada 2 baterai UPS yang mengalami gangguan yang mengakibatkat kepulan asap saat dipadamkan dengan menggunakan APM (Alat Pemadam Ringan) biasa," kata Ramadhan saat dikonfirmasi, Jumat (25/11/2022).
Ramadhan menuturkan kedua baterai tersebut pun sempat dibawa keluar oleh teknisi.
Namun dalam proses pencopotan baterai, tiba-tiba ada percikan api.
"Baterai tersebut rencana akan dipindahkan keluar kantor oleh teknisi tapi mengalami semacam hubungan pendek yang mengakibatkan percikan api," ungkap Ramadhan.
Ramadhan memastikan bahwa api tersebut telah berhasil dikendalikan.
Sebaliknya, tidak ada barang-barang yang terbakar dalam insiden tersebut.
"Sudah bisa dikendalikan dan tidak ada barang-barang lain yang terbakar," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Suku Dinas (Sudin) Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Selatan menyebutkan bahwa kebakaran yang terjadi di Mabes Polri, Jakarta Selatan, sudah dinyatakan padam.
Diketahui, terdapat empat unit mobil pemadam kebakaran sempat terlihat memasuki Mabes Polri pada Kamis (24/11/2022) malam.
Namun, belum diketahui apakah ada peristiwa kebakaran atau tidak.
Namun, Staf Seksi Operasi Sudin Gulkarmat Jakarta Selatan Ruwanto membenarkan bahwa sempat ada kebakaran ringan di lingkungan Mabes Polri. Namun kini, api tersebut telah dipadamkan.
"Iya, sudah padam," kata Ruwanto kepada wartawan, Kamis (24/11/2022).
Kapolri Jenderal Listyo Sigit: Ismail Bolong Sedang Diburu, Proses Pidana Harus Ada Alat Bukti Kuat
Kapolri Jenderal Listyo Sigit menegaskan saat ini tim tengah memburu Ismail Bolong.
Keberadaan Ismail Bolong dicari tim dari Polda Kalimantan Timur dan Mabes Polri.
Ismail Bolong sebelumnya mengatakan terkait suap tambang ilegal di Kalimantan Timur.
Dugaan suap tambang ilegal tersebut menyeret nama Kabareskrim Polri, Irjen Pol Agus Andrianto.
Irjen Pol Agus Andrianto disebut-sebut diduga menerima setoran uang hasil tambang batubara ilegal sebesar Rp 6 miliar.
Soal dugaan suap tersebut sebelumnya juga dibenarkan oleh Hendra Kurniawan, terdakwa kasus perintangan penyidikan (Obstruction of Justice) pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat (Brigadir J) saat akan menjalani persidangan, dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV.
"Sekarang tentunya tim sedang mencari (Ismail Bolong)," kata Jenderal Listyo Sigit.
"Yakni tim dari Polda Kaltim maupun dari Mabes Polri," ungkapnya lagi.
Jenderal Listyo Sigit mengakui proses pencarian Ismail Bolong membutuhkan strategi.
Lantas nantinya apabila Ismail Bolong sudah ditemukan, pemeriksaan dugaan suap tambang ilegal ini akan dimulai dari Ismail Bolong.
"Karena kalau proses pidana harus ada alat bukti yang kuat," katanya.
Ismail Bolong merupakan mantan anggota satuan intelijen keamanan Polres Samarinda.
Bantahan Irjen Agus Andriyanto
Sementara itu, Kabareskrim Polri Komjen Agus Andrianto membantah tuduhan keterlibatannya dirinya dalam kasus tambang batu bara ilegal Ismail Bolong.
Apalagi, Ismail Bolong juga telah memberikan klarifikasi bahwa tak ada keterlibatan Agus Andrianto dengan tambang ilegal ini.
Dalam video klarifikasi itu, Ismail juga mengaku mendapat intimidasi saat merekam video.
Meski Ismail Bolong sempat mengklarifikasi pernyataannya, eks Kadiv Propam Polri, Ferdy Sambo, dan mantan Karopaminal Divropam, Hendra Kurniawan, membenarkan soal keterlibatan Agus.
Menurut Agus, pernyataan Hendra soal laporan itu tidak membuktikan adanya keterlibatan dirinya dalam kasus tambang ilegal itu.
"Keterangan (Hendra) saja tidak cukup apalagi sudah diklarifikasi (Ismail) karena dipaksa," kata Agus, Jumat (25/11/2022).
Lebih lanjut, Agus justru mempertanyakan sikap Ferdy Sambo dan Hendra Kurniawan ketika menjabat sebagai petinggi Divisi Propam Polri.
"Jangan-jangan mereka yang terima dengan tidak teruskan masalah, lempar batu untuk alihkan isu," ujar Agus. (*)