GridHot.ID - Kasus tewasnya keluarga di Kalideres beberapa waktu lalu sempat membuat geger publik.
Diketahui, empat orang anggota keluarga ditemukan tewas di dalam rumahnya, Perumahan Citra Garden 1, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (10/11/2022).
Jasad satu keluarga yang telah membusuk itu ditemukan pertama kali oleh warga setempat yang sebelumnya terganggu dengan bau tak sedap di permukimannya.
Melansir tribunnewsmaker.com, pihak kepolisian akhirnya menyimpulkan penyebab tewasnya satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat.
Bukan karena ritual atau sekte tertentu, satu keluarga tewas karena penyebab alami.
Ahli juga menyampaikan dugaan mengapa keluarga ini tidak minta tolong ke tetangga setelah ada anggotanya yang meninggal dunia.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Hengki Haryadi saat menjelaskan kesimpulan akhir penyelidikan kasus kematian satu keluarga tersebut.
"Berdasarkan hasil penyelidikan kami yang sangat detail berbasis scientific crime investigation. Kami telah menemukan bahwa kematian yang terjadi di TKP Kalideres ini kematian wajar dalam kondisi yang tidak wajar," ujar Hengki di Mapolda Metro Jaya, Jumay (9/12/2022).
Menurut Hengki, tidak ada unsur tindak pidana apapun ataupun upaya bunuh diri, yang ditemukan penyidik bersama tim ahli selama proses penyelidikan.
Kabid Kimia Biologi Forensik Puslabfor Bareskrim Polri Kombes (Pol) Wahyu Marsudi menyatakan tidak menemukan bahan beracun dan berbahaya pada tubuh satu keluarga itu.
Tim Puslabfor juga tak menemukan DNA asing dari luar di rumah Rudyanto. Kerusakan pada kunci atau akses untuk keluar maupun masuk rumah juga tidak ditemukan.
Dengan demikian, polisi memastikan tidak orang lain yang masuk atau berada di dalam rumah selain keempat orang meninggal.
"Nah ini klop dengan hasil tidak adanya kerusakan di TKP," kata Wahyu.
Pada kesempatan yang sama, ahli sosiologi agama Jamhari menepis dugaan satu keluarga tersebut melaksanakan ritual dan mengikuti sekte tertentu.
Sebab, dia tidak menemukan keanehan dalam buku berbagai macam agama milik satu keluarga tersebut, yang ditemukan di dalam rumah.
Pasalnya, buku-buku tersebut bisa ditemukan dan dibeli di tempat umum
Sejumlah tulisan yang sebelumnya diduga sebagai mantra pun ternyata hanya kutipan ucapan doa dan potongan ayat suci Al Quran.
"Saya kira ini bukan menunjukkan bahwa mereka sedang mengkaji suatu pemahaman sekte atau keagamaan tertentu," kata Jamhari.
Penyebabnya karena sakit
Satu keluarga yang meninggal itu karena sakit.
Satu per satu mereka sakit dan jasadnya disimpan di dalam rumah.
Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel setuju terhadap kesimpulan yang disampaikan oleh tim forensik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah Sakit Bhayangkara yang menyatakan bahwa keempat orang tersebut meninggal secara wajar yakni karena sakit.
"Saya mengamini pendapat atau kesimpulan dari teman-teman Kedokteran Forensik," kata Reza di Kompas TV, Jumat (9/12/2022).
"Apakah sakitnya merupakan produk rekayasa atau murni karena faktor alami, ya tentu teman-teman Kedokteran Forensik yang tahu," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Reza pun mencoba menganalisis terkait alasan keluarga tersebut tidak meminta bantuan baik kepada kerabat maupun tetangga.
Menurutnya, satu keluarga itu memang terlihat menghindar atau menjaga jarak sosial dengan lingkungan sekitar.
Hal tersebut, kata dia juga sudah terlihat dari pagar rumah yang sangat menutupi rumah mereka.
"Tanda-tanda bahwa satu keluarga itu menghindar atau menjaga jarak sosial yang sedemikian besar itu tidak perlu investigasi mendalam. Hanya melihat bentuk pagar rumahnya pun, kita bisa simpulkan bahwa orang-orang yang berada di dalam rumah itu memang menghindari adanya interaksi sosial," jelasnya.
"Dari situ bisa kita pahami kalau tetangga kiri kanan tidak tahu tentang apa yang berlangsung di rumah tersebut, seperti ada yang sakit, bahkan meninggal dunia, sangat pantas jika tidak diketahui siapa pun," ulasnya.
Sebelumnya, Reza juga sempat mengutarakan spekulasi tidak diketahuinya kondisi di dalam rumah tersebut, diduga adanya salah satu anggota keluarga yang menutup akses informasi.
"Saya pernah mengutarakan spekulasi bahwa adakah kemungkinan karena empat orang tersebut meninggal secara tidak bersamaan, dimungkinkan ada salah satu yang menutup akses sehingga anggota keluarga lain tidak mendapatkan pertolongan atau pengobatan, maupun tidak bisa mendapatkan makanan," jelasnya.
Dia juga menyinggung terkait Pasal 345 KUHP yang menyebut bahwa orang yang mendukung pihak lain untuk bunuh diri, memfasilitasi bunuh diri, atau menghalang-halangi pihak lain untuk mencari pertolongan hingga meninggal, maka hal itu termasuk tindakan pidana.
"Tapi saya memilih tidak berspekulasi itu lagi, karena dari pihak kepolisian sudah mengatakan, tidak ada indikasi atau peristiwa pidana yang mendahului orang tersebut," jelasnya.
Di sisi lain, meski setuju dengan pendapat tim forensik gabungan, namun Reza merasa keberatan dengan kalimat yang disampaikan mereka saat mengumumkan penyebab kematian keluarga di Kalideres tersebut.
Menurutnya, kalimat kematian yang wajar, dirasa kurang tepat bagi Reza.
"Diksi yang digunakan oleh kolega psikologi forensik menurut saya agak sumir, yaitu menggunakan kata wajar," tegasnya.
Dia kemudian menjelaskan, menurut pemahamannya, penyebab kematian bisa dijelaskan dengan empat hal, yakni secara natural atau penyebab kematian alami, kematian akibat accident atau kecelakan, karena bunuh diri, maupun pembunuhan.
"Tampaknya yang dimaksudkan kolega psikologi adalah kematian yang disebabkan oleh faktor alami. Menurut saya, istilah itu lebih tepat, definitif, tidak mengundang multitafsir, ketimbang penggunaan istilah kematian secara wajar," jelasnya.
Dilansir dari tribunjateng.com, polisi telah menutup kasus satu keluarga di Kaideres Jakarta Barat yang ditemukan tewas.
Kematian mereka dinilai terjadi secara wajar alias tidak ada tindak pidana ditemukan.
Mereka meninggal karena penyakit yang diderita.
Satu keluarga itu meninggal satu persatu dan Dian menjadi yang terakhir.
Tim Ahli Psikologi Forensik menyebut pesan-pesan yang tersimpan di ponsel milik satu keluarga tewas di Kalideres, Jakarta Pusat ditulis oleh Dian.
Pesan itu berisi curahan hati Dian dalam rangka mengekspresikan emosi negatifnya sekaligus memotivasi dirinya melalui tulisan.
"Seperti dia lagi marah, kesal, dia lagi lelah. Tapi terselip selalu kata-kata motivasional. Dia bilang kalau kita hanya bisa lulus, kalau kita bisa melampaui ujian Tuhan," ujar Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik (Apsifor) Reni Kusumowardhani, Jumat (9//12/2022).
Reni mencontohkan salah satu pesan tersebut berisi relasi percintaan Dian yang belum menikah meski sudah berusia 42 tahun.
Terselip pula pesan yang menggambarkan kegundahan hati Dian soal kondisi keluarganya, dan keinginannya mendapatkan jodoh.
"Jadi ada konten tentang pernikahan untuk mendapatkan jodoh," kata Reni.
Menurut Reni, isi pesan yang ditulis Dian dalam percakapan satu arah di ponsel itu tidak sepenuhnya bernada emosi negatif.
Dian juga menulis kalimat yang memotivasi diri Dian untuk melawan pikiran-pikiran negatifnya.
Meski begitu, Reni memastikan bahwa tidak ada kalimat terkait dengan keinginan atau hasrat mengakhiri hidup.
Temuan itu justru memperkenalkan dugaan bahwa Dian masih berusaha untuk bertahan hidup sampai akhir hayatnya.
"Kalimat-kalimat yang juga positif yang meng-counter dia. Tidak ada ke arah bunuh diri, " kata Reni.
"Dia masih berusaha dan survive. Namun, memang ada kondisi yang tidak wajar, sehingga mengakibatkan dia enggak berdaya. Sebab dia sudah enggak punya apa-apa," pungkasnya.
Untuk diketahui, polisi telah menyampaikan perkembangan terbaru terkait kasus kematian satu keluarga di Perumahan Citra Garden 1, Kalideres, Jakarta Barat.
Dalam penyelidikan kasus itu, polisi memastikan tak ada tindak pidana yang ditemukan sehingga polisi pun menutup kasus tersebut.
Tim forensik gabungan pun menyimpulkan keempat anggota keluarga yang ditemukan tewas dalam keadaan membusuk yakni Rudyanto, Margaretha, Budyanto, dan Dian meninggal secara wajar.
Adapun urutan kematiannya ialah Rudyanto meninggal pertama, kemudian disusul oleh sang istri yakni Margaretha, lalu sang ipar yakni Budyanto, dan Dian selaku anaknya.
Rudyanto meninggal karena gangguan saluran pencernaan.
Kemudian Margaretha meninggal karena kanker payudara.
Lalu Budyanto meninggal karena serangan jantung.
Dan terakhir, Dian meninggal karena gangguan pernapasan. (*)