Find Us On Social Media :

1,6 Ton Garam Dapur Disebar TNI AU di Langit untuk Modifikasi Cuaca Jabodetabek Akhir Tahun, Begini Cara Kerjanya Hingga Hujan Bisa Berkurang

Pesawat Casa TNI AU yang digunakan untuk mengurangi intensitas cuaca ekstrem

Setelah pesawat terbang di dalam awan, pilot menyalakan suar dengan mekanisme penembakan ke awan.

Suar yang ditembakkan melepaskan asap dan senyawa garam seperti natrium klorida atau kalium klorida, ke udara, yang menarik uap air di awan untuk membentuk tetesan air.

Tetesan ini menyatu menjadi tetesan yang lebih besar dan, setelah cukup berat, akhirnya bisa jatuh sebagai hujan.

Penerbangan penyemaian awan dengan garam NaCl dan CaCl2 dapat memakan waktu tiga hingga empat jam.

Bukan hanya mereduksi hujan (rain reduction) di suatu lokasi tetapi juga bisa meningkatkan intensitas curah hujan (rain enhancement) di suatu tempat.

Namun, metode penyemaian garam menggunakan pesawat bukan menjadi cara satu-satunya.

Ada metode lain untuk menghantarkan bahan semai itu ke awan dari darat yakni menggunakan wahana Ground Based Generator (GBG) dan wahana Pohon Flare untuk sistem statis.

Metode ini mempunyai prinsip kerja yang sama dalam menghantarkan bahan semai ke dalam awan.

Prinsip kerjanya dengan memanfaatkan keberadaan awan orografik dan awan yang tumbuh di sekitar pegunungan sebagai targetnya.

Metode GBG dan Pohon Flare biasanya digunakan di wilayah yang mempunyai topografi pegunungan.

(*)