Find Us On Social Media :

Pimpinan KKB Papua Nduga Tercatat Lakukan 65 Kali Kejahatan, Terkuak Alasan Egianus Kogoya Jadi Sosok Bengis, Polahnya Saat Upacara Disorot

Egianus Kogoya

GridHot.ID - KKB Papua kelompok Egianus Kogoya memang tak pernah berhenti menebar teror.

Egianus Kogoya yang merupakan pimpinan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di wilayah Nduga disebut sempat berada di Kampung Pimbinom, Distrik Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, Papua Pegunungan.

Namun, apakah ada alasan mengapa pimpinan KKB Papua itu menjadi sosok yang bengis?

Dilansir dari tribun-medan.com, Egianus Kogoya seorang pimpinan dalam gerakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Egianus Kogoya menjadi target utama Polri dan TNI yang menggerakan Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Terbaru, Egianus Kogoya menyandera Pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens. Pasukan Egianus Kogoya telah menyandera Phillip selama lebih satu bulan.

Egianus sudah terkenal memiliki catatan kriminal besar di Indonesia. Ia sudah dikategorikan sebagai teroris.

Berdasarkan catatan, Egianus telah melakukan 65 kali aksi kekerasan bersenjata yang menyebabkan 74 orang luka-luka dan meninggal.

"74 Orang yang meninggal dan luka-luka itu terdiri dari aparat keamanan dan warga sipil," kata Kasatgas Humas Damai Cartenz Kombes Donny Charles Go di Jayapura.

Dijelaskan, aksi kekerasan bersenjata yang dilakukan sejak tahun 2017 itu terdiri dari 31 aksi penembakan, 16 aksi kontak tembak, delapan aksi penyerangan, tiga aksi pembantaian dan dua aksi pembakaran.

Kelompok Egianus Kogoya juga telah tercatat pernah melakukan aksi pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan, pengancaman, dan penyanderaan pilot.

"Polda Papua telah menerbitkan 16 orang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) untuk dilakukan tindakan hukum," ujar Donny.

Baca Juga: Enius Tabuni Termasuk 3 Anggota KKB Papua yang Tewas Ditembak TNI-Polri, Sosoknya Punya Hubungan Ini dengan Egianus Kogoya

Dari data yang dihimpun terkait kejahatan KKB pimpinan Egianus Kogoya adalah sebagai berikut:

1. Tanggal 22 Juni 2018, pesawat Twin Otter PK-HVU milik maskapai Dimonim Air rute Timika-Kenyam ditembak di lapangan terbang Kenyam, hingga menyebabkan kopilot Irene Nur Fadila mendapat luka tembak.

2. Tanggal 25 Juni 2018, KKB Egianus Kogoya menembak pesawat Twin Otter milik Trigana yang mengangkut logistik pemilu dan pihak aparat keamanan. Akibat serangan itu, mengakibatkan pilot pesawat bernama Kapten Ahmad Kamil terluka tembak di punggung. Selain itu, KKB Egianus Kogoya menyerang masyarakat hingga mengakibatkan tiga orang meninggal yakni Hendrik Sattu Kolab (38) dan istrinya, Martha Palin (28) serta teman mereka, Zainal Abidin (20). Sedangkan Hendrik (6 th) mengalami luka parah di wajah akibat dibacok dengan parang.

3. Tanggal 17 Oktober 2018, sebanyak 15 orang guru dan tenaga kesehatan disandera di Distrik Mapenduma. Salah seorang di antaranya diperkosa.

4. Tanggal 1-2 Desember 2018, penyerangan terhadap karyawan PT Istaka Karya hingga menyebabkan 19 orang meninggal, dua hilang dan empat orang selamat.

5. Tanggal 3 Desember 2018, penyerangan terhadap Pos TNI 755/Yalet, hingga menyebabkan Serda Handoko meninggal dan satu prajurit luka-luka.

6. Tanggal 4 Desember 2018 satu prajurit terkena luka tembak di Puncak Kabo.

7. Tanggal 5 Desember 2018, kontak tembak hingga menyebabkan Bharatu Wahyu terkena luka tembak.

8. Tanggal 7 Maret 2019, menyerang Distrik Mugi tercatat tiga prajurit gugur, yakni Serda Mirwariyadin, Serda Yusdin dan Serda Siswanto Bayu.

9. Tanggal 20 Maret 2019, tiga anggota Brimob ditembak dan salah satunya gugur, yakni Bharada Aldi.

10. Tanggal 23 September 2019, Egianus Kogoya memimpin pasukannya mengadang rombongan TNI di Danau Habema, dua prajurit TNI gugur.

Baca Juga: KKB Papua Pura-pura Jadi Penumpang, Keji OPM Habisi Nyawa Tukang Ojek di Distrik Ilaga, Keluarkan Senjata saat Korban Nunggu Dibayar

11. Tanggal 26 Maret 2022, kontak senjata dengan personel Marinir di Distrik Kenyam, menyebabkan dua personel gugur, satu kritis, dan tujuh luka-luka.

12. Tanggal 7 Juni 2022, pesawat milik Sam Air yang mendarat di Bandara Kenyam ditembak hingga mengalami kerusakan di bagian tangki dan ban depan pesawat.

13. Tanggal 16 Juli 2022, kelompok Egianus Kogoya membantai 12 masyarakat di Kampung Nogolait, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, 10 orang meninggal termasuk salah seorang di antaranya pendeta.

14. Tanggal 7 Februari 2023 KKB membakar pesawat milik Susi Air di Paro dan menyandera pilot berkebangsaan Selandia Baru

Lalu siapa sebenarnya Egianus Kogoya?

Dikutip dari catatan facebook Marinus Yaung, Egianus Kogoya memiliki banyak penyebab bertindak brutal di Tanah Papua, tanah kelahirannya.

Simak tulisan dari Marinus Yaung yang telah dipublikasikannya di Facebook:

Kenapa Egianus Kogoya Pemimpin KKB Nduga Begitu Brutal Dan Sadis?

Jawabanya karena Egianus Kogoya sewaktu sekolah di kota Wamena, Jayawijaya, tidak disentuh dengan pendidikan yang baik dan berkualitas, serta didukung oleh guru - guru yang berkompeten dan mengajar serta mendidik dengan hati yang penuh ketulusan.

Saya tahun 2014 ketika melakukan penelitian bersama seorang teman di Wamena dan Nduga, kami sempat temukan fakta bahwa wilayah pembangunan tiga di kabupaten Nduga, dari habema, mbua, dal sampai mugi, sangat tertinggal dan terisolir dalam pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan. Ini wilayah yang menjadi hak ulayat keluarga Egianus Kogoya.

Hampir sebagian besar balita dan anak - anak tidak perna mendapat suntikan imunisasi. Sehingga kematian bayi dan anak sangat tinggi di wilayah ini.

Baca Juga: KKB Papua yang Rampas Nyawa Tukang Ojek di Ilaga Kena Getahnya, 3 Anggota OPM Disebut Tewas Kena Timah Panas TNI Polri

Selain krisis kesehatan, proses pendidikan juga tidak berjalan maksimal. Banyak guru - guru tidak bekerja di wilayah ini. Mereka lebih banyak beraktivitas di kota Wamena. Banyak anak usia sekolah dasar, tidak bisa menikmati pendidikan karena guru cuma satu yg aktif. Itupun cuma satu dan dua mata pelajaran yang diajarkan. Mata pelajaran lain tdk diajarkan, tetapi setiap terima raport, semua mata pelajaran ada nilainya dalam buku raport.

Banyak anak usia SMP yang belum bisa kenal huruf, tidak bisa baca dan berhitung. Untuk mengatasi ketertinggalan pendidikan, banyak orang tua murid dari Kabupaten Nduga, mengirim anak - anaknya untuk sekolah ke kota Wamena, yang lebih maju pendidikannya.

Egianus Kogoya juga dikirim orang tuanya untuk sekolah lanjut ke SMP di kota Wamena tahun 2011 pada saat usianya 12 tahun. Selama SMP di kota, Wamena, Egianus Kogoya sangat minder dan tertutup, karena mungkin dia belum bisa membaca dan berhitung dengan baik. Selain itu juga, ini karakter umum anak - anak Papua. Saya pun waktu kuliah ke Yogya, awal ke kampus pun ada perasaan minder dan sangat insecure.

Selama sekolah SMP di Wamena, Egianus memiliki satu perilaku yang menonjol dan menjadi perhatian guru - gurunya. Egianus akan ikut upacara bendera tapi tidak perna mau menyanyi lagu Indonesia Raya dan mengangkat tangannya untuk menghormati bendera merah putih.

Guru - gurunya sudah sering menegor dan menghukum Egianus. Disiplin hukuman tidak mengubah sikap dan perilaku Egianus. Bahkan kadang Egianus mendapat kata - kata kasar penuh hinaan dan merendahnya. Disinilah letak persoalan banyak guru - guru di Papua. Baik guru orang asli Papua maupun non orang asli Papua. Mereka tidak bisa menjaga mulutnya di depan siswa yang sulit diatur.

Kalau sewaktu bersekolah di SMP Wamena, Egianus bertemu dengan guru yang berkompeten dan memiliki hati membangun pendidikan di tanah Papua, saya pikir jalan hidup Egianus Kogoya bisa berubah lebih baik. Sangat disayangkan nasib banyak siswa - siswi orang asli Papua yang tidak bertemu dengan guru yang baik, penuh perhatian, memiliki hati yang tulus membangun pendidikan di Papua dan memiliki kompetensi yang sesuai kebutuhan siswa didiknya.

Kalau mau Papua damai, konflik berakhir, Pemerintah daerah di Papua, dari Provinsi sampai kabupaten dan kotamadya, harus wajib fokus membangun pendidikan yang baik dan berkualitas. Dukung pendanaan yang penuh untuk menunjang peningkatan kualitas para pendidik, baik guru dan dosen. Kalau bisa Provinsi Papua menjadi contoh dan teladan bagi Pemerintah Pusat di Jakarta dan Provinsi lain di Indonesia tentang bagaimana memberikan apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada para guru di tanah Papua. Minimal gaji atau honarium guru - guru di Papua sama dengan gaji atau honorarium guru di Malaysia dan Jepang.

Marinus Mesak Yaung

Dosen Universitas Cenderawash dan anak dari mama Yuliana Wambukomo ( Alm), seorang guru lulusan Sekolah Guru Ifar Gunung Sentani, dan mama saya perna mengajar dua sekolah langsung, SD YPK dan SDN di Pedalaman Papua tahun 1970an - 1980-an karena tempat tugasnya tidak ada guru lain. (*)