Find Us On Social Media :

KKB Papua Sangkal Amarah Susi Pudjiastuti soal Penyanderaan Pilot Philips Marthen, Jubir TPNPB-OPM: Dia Pikir Bukan Penjajahan?

Jubir TPNPB-OPM Sebby Sambom sebut Susi Pudjiastuti termasuk dalam pihak penjajah di Papua

Gridhot.ID - Pemilik maskapai Susi Air, Susi Pudjiastuti sangat marah atas penyanderaan yang dilakukan KKB Papua kepada salah satu pilot pesawatnya, Philips Marthen.

Susi Pudjiastuti pun mencurahkan kemarahannya terkait KKB Papua saat berbincang melalui telepon dengan Pendeta Karel Phil Erari.

Bahkan Susi Pudjiastuti sampai menangis saat bercerita dengan tokoh Papua itu.

Susi menyatakan bahwa sebagai perempuan yang mencari nafkah sendiri, ia merasa sangat tidak adil karena ia membantu menghidupi ratusan ribu orang dengan melakukan 70-90 penerbangan per hari untuk membawa bahan makanan, obat-obatan, membantu transportasi warga Papua, dan memberikan bantuan kepada anak-anak.

"Saya bicara dengan Bapak saya nangis karena saya marah. Tidak adil, kalian tidak adil kepada saya. Saya perempuan sendiri cari makan, untuk menghidupi ratusan ribuan orang, kalian aniaya," ujar Susi dikutip Tribun-Timur.com dari rekaman telepon, Selasa (9/5/2023).

"Di semua tempat bisa saya bantu. Saya cuci luka anak anak, saya sekolahkan anak-anak Papua. Kenapa pesawat saya dibakar? Pilot saya diculik. Apa, Apa kejahatan saya sehingga mereka jahati saya seperti ini?" kata Susi.

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu meminta maaf karena bercerita sampai menangis dan mengaku tidak bisa menahan kemarahan dan kejengkelannya.

Pendeta Karel Phil juga membenarkan bahwa Susi Pudjiastuti kerap membantu masyarakat Papua dengan ikhlas.

Susi lantas menceritakan, sempat merasa senang ketika KKB Papua ingin bernegosiasi dengan TNI dan Polda Papua, namun merasa kecewa ketika ada pasukan TNI yang ditembak oleh KKB Papua setelah itu.

"Itu kan apa? Katanya mau negosiasi tapi kalian bunuh putra-putra bangsa. Saya jadi lebih marah lagi. Mau diambil apa? Sementara orang lain yang cari untung saja di Papua kalian biarkan," ujar Susi.

Susi mengatakan, pasukan TNI yang baru-baru ini ditembaki oleh KKB Papua merupakan pasukan yang dipersiapkan untuk mengevakuasi pilot Philips Marthen.

Baca Juga: Camat Kenyam Diduga Danai KKB Papua, Setor Rp 30 Juta untuk Pembelian Amunisi dan Senjata Kelompok Egianus Kogoya, Ini Sosoknya

Menurut Susi, pasukan tersebut terdiri dari prajurit-prajurit muda.

"Bukan pasukan tempur. Tapi mereka ditembaki begitu saja, ya saya marah. Ikut marah. Anak istri yang ditembaki ini bagaimana, terpikirkan kah oleh Egianus (Kogoya) dan kawan kawan?" kata Susi.

KKB Papua menyangkal

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) menyangkal perkataan Susi Pudjiastuti.

Menurut TPNPB-OPM, Susi merupakan bagian dari pemerintah kolonial yang telah menjajah Papua.

"Susi adalah bagian dari pemerintah kolonial yang menjajah Papua," kata Juru bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom.

Sebby Sambom menambahkan bahwa penerbangan Susi Air di Papua hanya untuk mengambil keuntungan bisnis dan bukan untuk membantu masyarakat Papua.

"Jadi yang Susi lakukan itu dia pikir bukan penjajahan? Itu aneh," kata Sebby Sambom.

Sebby Sambom juga menyatakan bahwa Philips Marthen, pilot yang disandera, juga dianggap sebagai bagian dari penjajah karena memegang surat izin penerbangan dari Panglima TNI.

Menurutnya, OPM menganggap Philips Marthen sebagai bagian dari pasukan keamanan Indonesia.

Sebby Sambom juga menegaskan bahwa Papua tidak membutuhkan bantuan dari Susi Air atau infrastruktur dan sekolah yang dibangun oleh pemerintah Indonesia.

Menurutnya, orang Papua dapat membangun sendiri infrastruktur dan sekolah setelah merdeka dengan kekayaan alam mereka sendiri.

Sebagai informasi, KKB Papua membakar pesawat Susi Air di Bandar Udara Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan pada 7 Februari 2023 dan menyandera pilot Philips Marthen yang hingga kini masih belum dibebaskan.

Meskipun KKB Papua awalnya membuka diri untuk melakukan negosiasi untuk membebaskan Philips Marthen, namun mereka justru menembaki personel TNI dari Satuan Tugas Batalion Infanteri (Yonif) Raider 321/Galuh Taruna Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) di Distrik Mugi, Nduga, Papua Pegunungan pada 15 April 2023, sehingga lima personel TNI meninggal dunia.

Baca Juga: Egianus Kogoya Bohong Besar, Klaim KKB Papua Bunuh 16 Prajurit Kostrad, Kapuspen TNI Tunjukkan Fakta Sebenarnya: Pola Teroris!

(*)