Adapun setelah operasi, kondisi A terus menurun hingga sempat mengalami kejang dan henti jantung
Berujung pada Jumat (22/9), A didiagnosis mati batang otak.
Melansir dari Kompas.com, Sabtu (30/9/2023) Albert pun berusaha mencari second opinion karena anaknya kini masih dalam keadaan koma.
"Kami membutuhkan rekam medis. Akan tetapi pihak RS seakan-akan kembali menutupi isinya yang seharusnya menjadi hak kami juga," papar Albert.
Sampai detik ini, kata Albert, ia tidak pernah melihat fisik dari rekam medis anaknya karena perlu koordinasi dengan manajemen RS.
Pada akhirnya, Albert dipertemukan oleh tim dokter dan pihak RS. Namun, rekam medis tidak diperlihatkan.
"Tetapi rekam medis tidak diberikan, hanya resume medis. Di resume medis tersebut pun ada kejanggalan karena ditulis anak saya suspek (diduga) mati batang otak," ujarnya.
Padahal, lanjut Albert, pihak keluarga sempat menandatangani form edukasi diagnosis dokter yang menyatakan A sudah mati batang otak.
"Bukan lagi suspek, tapi (saat itu) sudah diagnosis mati batang otak," imbuhnya.
Sebelumnya Albert mengatakan, pihak rumah sakit tiba-tiba membawa anaknya dari ruang rawat ke ruang operasi tanpa sepengetahuan istrinya.
"Pada saat istri masih mandi tiba-tiba perawat datang untuk membawa anak saya ke ruang operasi tapa istri saya ketahui," kata Albert.