Gridhot.ID - Terungkap aksi keji gerombolan OPM saat menghabisi nyawa Danramil 1703-04 Aradide, Letda Inf Oktovianus Sogalrey pada Rabu (10/4/2024) lalu.
Letda Oktovianus Sogalrey diketahui ditembak gerombolan OPM yang dipimpin Mayor Osea Satu Boma saat sedang mengedarai sepeda motor.
Peristiwa bermula saat Letda Oktovianus Sogalrey keluar dari Markas Kodim 1703-04 Aradide, Rabu sore.
Saat dalam perjalanan menggunakan sepeda motor, Letda Oktovianus diberondong tembakan.
Detik-detik gugurnya Letda Oktovianus terungkap dalam video yang beredar di media sosial.
Diduga video direkam gerombolan OPM yang bersembunyi di balik semak-semak tepi jalan ketika Letda Oktovianus melintas mengendarai sepeda motor seorang diri.
Kemudian, terdengar lima letusan tembakan.
Letda Oktovianus langsung terkapar di jalan dan tak bergerak.
Selanjutnya seorang anggota OPM tampak menghujamkan sesuatu sebanyak 2 kali ke tubuh Letda Oktovianus yang tergeletak.
Tampak 3 anggota OPM yang membawa senjata tajam dan senapan laras panjang kemudian berpose di dekat tubuh korban.
Setelahnya gerombolan OPM kabur meninggalkan lokasi sambil terengah-engah.
Kapendam XVII/Cenderawasih Letkol Inf Candra Kurniawan mengonfirmasi bahwa video yang beredar adalah kejadian pembunuhan Letda Oktovianus.
"Betul," kata Candra saat dihubungi Tribunnews.com pada Jumat (12/4/2024).
Menurutnya, aksi yang dilakukan OPM sangat keji dan tak memedulikan HAM.
"Apabila melihat video yang telah menyebar, bahwa gerombolan OPM sangat keji karena korban almarhum sudah ditembak, namun tetap memarangi dengan senjata tajam tanpa pedulikan HAM," tegas
Ia mengatakan kejadian itu terjadi di daerah Pasir Putih, Distrik Aradide, Kabupaten Paniai, Provinsi Papua Tengah pada Kamis (11/4/2024).
"Para pelaku penyerangan dan penembakan ini adalah gerombolan OPM," kata dia.
Sementara itu, Pengamat Intelijen, Pertahanan dan Keamanan, Ngasiman Djoyonegoro mengatakan tewasnya seorang Danramil berindikasi bahwa situasi di Papua kian genting.
"Ini bukan lagi isu HAM," kata pria yang akrab dipanggil Simon ini.
Menurutnya, situasi di Papua saat ini telah masuk pada kondisi perang melawan kelompok separatis.
Simon juga meminta TNI semakin waspada lantaran saat ini diduga OPM sudah menggunakan senjata perang taktik, strategi, intelijen bahkan infrastruktur perang.
"Sebagai aktor non state mereka menggunakan senjata perang taktik, strategi, intelijen bahkan infrastruktur perang. Bagaimana seorang Danramil bisa diketahui identitasnya? Bagaimana prosedur perjalanannya? Itu semua menjadi pertanyaan-pertanyaan kunci untuk dapat melihat peristiwa ini secara lebih utuh," kata Simon.
Artinya, sebagai sebuah operasi OPM telah menyusun strategi yang menyerang langsung, tertarget dan spesifik, yaitu institusi pertahanan negara.
Bahkan mereka memetakan secara detail pergerakan sehingga eksekusi pembunuhan dapat dilakukan.
Simon berpendapat bahwa kelompok separatisme ini sudah ditunggangi dengan agenda asing.
"Siapa 'asing' itu? Mereka yang meneriakkan situasi di Papua sebagai situasi pelanggaran HAM. Padahal jelas, mereka bersenjata, bertaktik, berstrategi, agenda dan tujuan jelas, dan sasaran kelompok tertentu yang merepresentasikan institusi pertahanan dan keamanan negara," jelas Simon.
(*)