Bedanya, jika Searcher II hanya bisa mengintip posisi musuh, maka CH-4 Rainbow masuk kategori Unmanned Combat Aerial Vehicle (UCAV) yakni dapat mencari keberadaan lawan sekaligus mengeliminasinya dengan rudal atau bom yang dibawa.
Untuk daya jelajah, CH-4 Rainbow bisa mencapai 3.000-5.000 km sekali terbang.
Drone tempur ini juga dapat dimuati persenjataan seberat 115 kg.
Salah satu senjatanya ialah rudal udara ke darat AR-1 buatan Norinco yang bisa menggasak jangankan milisi separatis, kendaraan lapis baja pun dapat hancur dibuatnya.
Untuk penginderaan, CH-4 menggandalkan perangkat forward-looking infrared (FLIR), laser rangefinder dan laser designator dengan jarak jangkauan sebesar 15 km.
CH-4 juga dilengkapi dengan Synthetic Aperture Radar dimana piranti ini dapat mendeteksi sasaran yang diselimuti kabut, asap maupun rimbun pepohonan. Cocok digunakan untuk mengetahui posisi pemberontak yang suka sembunyi di hutan.
CH-4 Rainbow juga sudah battle proven di mana ia digunakan untuk membom dan memporak-porandakan basis ISIS di Al-Anbar, Irak.
Oh iya, CH-4 sengaja dipilih oleh Indonesia karena China membebaskan user untuk menggunakan drone ini untuk apapun tanpa ada embel-embel pelanggaran HAM yang sering digaungkan oleh pihak Barat.
Jadi, besar kemungkinan jika CH-4 sudah datang maka ia akan terbang di mana ada gerakan separatis/musuh yang mencoba merongrong kedaulatan negara Indonesia.