"Kontaminasi nuklir bukanlah sesuatu yang bisa kita lihat," katanya."Selama ini kita bicara tentang angka-angka, tetapi saya menemukan bahwa lebih menarik untuk fokus pada individu-individu yang merangkum cerita," imbuh Moore.
Moore mewawancarai semua subjeknya sebelum memotret, dan memahami bahwa kerahasiaan dan informasi yang salah memegang peran penting dalam pengalaman buruk mereka.
Baca Juga : Namanya Mulai Menghilang dari Jagat Hiburan, Intip Potret Rumah Minimalis Cut Tari di Sidney
"[Selama tahun 50-an] seorang pria dibekali dengan tenda dan diminta untuk tinggal di perbukitan selama lima hari bersama kelompoknya. Secara efektif, dia digunakan sebagai subjek uji coba untuk melihat apa yang akan terjadi," kata Moore.
"Mereka tidak pernah diberi tahu apa yang sedang terjadi, begitu juga marabahaya yang mungkin mereka hadapi," tambahnya.
Meskipun kisah-kisah manusia menjadi pusat proyek ini, Moore juga mendokumentasikan uji ilmiah laboratorium yang masih mengungkapkan kerusakan itu. Penjajaran uji lab dengan potret-potret manusia yang cacat akibat radiasi memang membuat tampilan kurang nyaman dipandang, tetapi kedekatan ini merupakan kesengajaan.
"Pernah ada sejarah manusia digunakan sebagai subjek hidup," kata Moore.
"Saya ingin mengawinkan kedua gagasan ini; bagaimana orang-orang pernah digunakan para peneliti pada masa itu dan bagaimana hal tersebut menitis ke dalam kehidupan sehari-hari—seperti apa, dan apa maknanya."
Beberapa subjek Moore mengalami cacat berat, sebagian besar lainnya menderita masalah kesehatan yang tak terlihat, seperti kanker, penyakit darah, atau PTSD.