Bagaimana tidak, musuh yang mereka hadapi adalah Sekutu yang bermoral amat tinggi, berpengalaman tempur setelah memenangkan babakan Perang Eropa melawan Nazi Jerman.
Hanya satu kelebihan dari tentara Republik, yakni semangat berani mati mempertahankan kedaulatan Indonesia sebagai negara merdeka.
Baca Juga : Gila, Aset 50 Konglomerat Terkaya Indonesia Capai Rp 1.870 Triliun! Hampir Sama dengan APBN Tahun 2018
Lantas Kolonel Sudirman menerapkan siasat yang digunakan dalam perang Ambarawa yaitu, cepat, cerdik, serentak di segala sektor dengan menggunakan taktik dan strategi "Supit Urang."
Dikutip dari kodam14hasanuddin-tniad.mil.id, dalam prakteknya di lapangan, "Supit Urang" adalah gerakan pendobrakan oleh pasukan pemukul dari arah Selatan dan Barat ke arah Timur menuju Semarang.
Gerakan tersebut diikuti dengan gerakan penjepitan dari lambung kanan dan kiri sebagaimana halnya seekor udang menjepit mangsanya.
Selanjutnya Supit bertemu di bagian luar Ambarawa ke arah Semarang.
Kecermatan, pendadakan dan semangat juang tinggi membuat taktik Supit Urang berjalan sangat efektif.
Keunggulan dari segi teknis NICA dan Sekutu tak berarti di sini, mereka kalang kabut menghadapi tentara Republik Indonesia.
Selama 12-15 Desember 1945, Ambarawa berubah menjadi palagan perang sengit.
Hasilnya pada tanggal 15 Desember 1945 NICA dan Sekutu berhasil dipukul mundur ke Semarang, sebuah tamparan memalukan bagi pasukan pemenang Perang Dunia II kalah oleh tentara dari negara yang baru merdeka kemarin sore.