Lantas Kolonel Sudirman menerapkan siasat yang digunakan dalam perang Ambarawa yaitu, cepat, cerdik, serentak di segala sektor dengan menggunakan taktik dan strategi "Supit Urang."
Dikutip dari kodam14hasanuddin-tniad.mil.id, dalam prakteknya di lapangan, "Supit Urang" adalah gerakan pendobrakan oleh pasukan pemukul dari arah Selatan dan Barat ke arah Timur menuju Semarang.
Gerakan tersebut diikuti dengan gerakan penjepitan dari lambung kanan dan kiri sebagaimana halnya seekor udang menjepit mangsanya.
Selanjutnya Supit bertemu di bagian luar Ambarawa ke arah Semarang.
Kecermatan, pendadakan dan semangat juang tinggi membuat taktik Supit Urang berjalan sangat efektif.
Keunggulan dari segi teknis NICA dan Sekutu tak berarti di sini, mereka kalang kabut menghadapi tentara Republik Indonesia.
Selama 12-15 Desember 1945, Ambarawa berubah menjadi palagan perang sengit.
Hasilnya pada tanggal 15 Desember 1945 NICA dan Sekutu berhasil dipukul mundur ke Semarang, sebuah tamparan memalukan bagi pasukan pemenang Perang Dunia II kalah oleh tentara dari negara yang baru merdeka kemarin sore.
Untuk mengenang perjuangan segenap unsur di Ambarawa dalam melawan Sekutu, maka Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 163 Tahun 1999 dan Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/662/XII/1999, ditetapkan tanggal 15 Desember sebagai Hari Juang Kartika yang sebelumnya dinamai Hari Infanteri. (Seto Aji/Gridhot.ID)
Source | : | kodam14hasanuddin-tniad.mil.id |
Penulis | : | Seto Ajinugroho |
Editor | : | Seto Ajinugroho |
Komentar