"Kemungkinan lain adanya perubahan muka air tanah akibat hujan yang menyebabkan beban bertambah dan dinding tidak kuat menahan," sambungnya.
Di berbagai foto yang beredar di sosial media terkait amblesnya Jalan Gubeng Surabaya itu memang terlihat bangunan tinggi di sekelilingnya.
Menurut Rovicky, bangunan di sekitar lokasi itu juga perlu dievaluasi dan diamati lebih lanjut.
Apakah ada perubahan konstruksi seperti keretakan, miring dan distorsi bentuk.
Pasalnya, ambrolnya jalan juga bisa mengakibatkan longsoroan yang merembet ke daerah sekitarnya.
Rovicky juga menjelaskan jika amblesnya Jalan Gubeng Surabaya ini mirip dengan kejadian pada dinding badan terowongan jalan Perimeter Selatan Bandara Soekarno-Hatta yang ambrol pada 5 Februari 2018 lalu.
"Di sana (bandara) diperkirakan akibat pembangunan di atasnya yang menambah beban, terutama akibat muka air tanah yang naik saat musim hujan," ujar dia.
Ia menerangkan, ambrolnya dinding seperti yang terjadi di Jakarta dan Surabaya sebenarnya disebabkan adanya perubahan morfologi.
Mudahnya, alam memiliki kondisi stabil kalau tidak diganggu.