Dengan demikian menurut Rahmat Triyono, buoy dapat mengetahui langsung secara aktual data di lapangan.
Buoy sangat penting untuk membuat keputusan peringatan dini tsunami yang memberikan waktu bagi warga pesisir untuk menyelamatkan diri.
Meski bisa dilakukan tanpa buoy, tetapi ada konsekuensi besar ketika tidak ada alat ini. Desember 2017 lalu misalnya, guncangan gempa dirasakan warga di pesisir selatan Jawa.
Gempa ini kemudian diikuti peringatan dini Tsunami di Pesisir Pangandaran, Jawa Barat yang belum berakhir selama berjam-jam.
Ini terjadi karena tidak ada bouy yang dapat melaporkan secara aktual tinggi permukaan laut.
Baca Juga : Seismometer Rusak Jadi Penyebab Tsunami Anyer Tak Terdeteksi
Peringatan dini tsunami baru berakhir setelah tiga jam, tanpa adanya tsunami. Berbeda dengan di Palu.
Ketinggian gelombang saat menghantam daratan pada peringatan dini tsunami sebelum berakhir tidak bisa dipastikan karena tidak ada buoy.
BMKG hanya mengetahui ketinggian hingga cepatnya gelombang laut ke daratan melalui skenario tsunami yang telah diperhitungkan sebelumnya.
Akibatnya, tsunami yang menghantam kota Palu tersebut membuat kaget banyak pihak karena ukuran kekuatan yang lebih besar dari prediksi.
Baca Juga : Panik Hingga Turun ke Jalan Akibat Kabar Tsunami, Warga Anyer: Cari Berita yang Bener