Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Membandingkan Kedahsyatan Letusan Gunung Krakatau dan Tambora yang Sama-sama Guncang Dunia di Abad ke-19

Dewi Lusmawati - Kamis, 27 Desember 2018 | 14:52
Membandingkan kekuatan letusan gunung Krakatau dan Tambora yang sama-sama guncang dunia pada abad ke 19
Twitter @Sutopo_PN/KOMPAS (AGUS SUSANTO)

Membandingkan kekuatan letusan gunung Krakatau dan Tambora yang sama-sama guncang dunia pada abad ke 19

Ia lalu melintasi garis khatulistiwa dan menyebar hingga ke kutub hingga akhirnya mengurangi jumlah panas yang melewati stratosfer dari matahari.

Ini tidak hanya mempengaruhi cuaca, tapi juga ekosistem sekitar kita.

Dengan letusan Tambora, suhu menjadi lebih dingin. Menyebabkan penurunan jumlah curah hujan, gagal panen, dan kelaparan massal di berbagai belahan di dunia.

Baca Juga : Video: Letusan Gunung Anak Krakatau Pasca Tsunami Banten, BPPT Sebut Bagian Selatan Longsor Sekitar 64 Hektar

Sulit mengetahui berapa banyak orang yang meninggal akibat kelaparan, namun “korban tewas mungkin sekitar satu juta orang setelah letusan terjadi,” kata Wood.

“Jika ingin menambah fakta bahwa Tambora juga menyebarkan wabah kolera….maka jumlah kematian menjadi puluhan juta.”

Kolera sudah ada sebelumnya, namun suhu semakin dingin yang disebabkan oleh erupsi Tambora membuat bakteri baru berkembang di Teluk Benggala.

Baca Juga : Penyebab Tsunami Banten Makin Misterius! Kepala PVMBG Sebut Aktivitas Gunung Anak Krakatau Belum Tentu Jadi Pemicunya

Gunung Tambora, Sumbawa
By Jialiang Gao (peace-on-earth.org) - Own work, CC BY-SA 3.0, https://commons.wikimedia.org/w/index

Gunung Tambora, Sumbawa

Hanya sedikit orang yang memiliki kekebalan terhadap kolera hingga akhirnya menyebar ke seluruh dunia.

Apakah ada letusan gunung berapi yang korbannya lebih banyak dari Tambora? Hingga saat ini, sejarawan setuju bahwa Tambora menyebabkan kematian paling cepat.

Sebagai contoh, erupsi Krakatau yang juga terjadi di Indonesia pada 1883 lebih terkenal dibanding Tambora karena berbarengan dengan munculnya ‘media baru’.

Source : national geographic indonesia Geo Magz

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x