Laporan Wartawan GridHot.ID, Chandra Wulan
GridHot.ID - Tsunami bukan lagi bencana asing bagi Indonesia.
Terutama setelah tsunami Aceh tahun 2004.
Meski demikian, beberapa kejadian tsunami di Indonesia tetap mengakibatkan kerugian baik dari korban jiwa maupun infrastruktur.
Hal tersebut salah satunya terjadi karena masyarakat belum banyak yang mengetahui apa itu gelombang tsunami.
Dilansir dari National Geographic Indonesia, berikut lima fakta tentang tsunami yang perlu diketahui:
1. Gelombang pertama bukan yang paling kuat
Tsunami juga dikenal dengan sebutan 'kereta gelombang' karena bisa datang beberapa kali.
Biasanya gelombang pertama tsunami bukanlah yang paling merusak.
Gelombang ke-5 atau ke-6 lah yang paling kuat yang memiliki kemampuan untuk menghancurkan banyak wilayah.
2. Wilayah kerusakan
Tsunami dapat merusak wilayah yang berjarak sekitar radius 250 mil dari pusat tsunami dan biasanya terjadi dalam waktu 30 menit.
Jika para penduduk yang berada di pesisir pantai merasakan ada gempa, itu merupakan sebuah peringatan dari potensi terjadinya tsunami untuk segera pergi ke daerah yang lebih tinggi.
3. Kecepatannya melampaui pesawat jet
Kecepatan tsunami dapat mencapai 600 mil per jam yang artinya sama dengan kecepatan sebuah pesawat jet.
Padahal, gelombang air normalnya hanya sekitar 2 sampai 60 mil per jam.
4. Gelombang tsunami lebih rendah di laut dalam
Berbeda ketika menghantam daratan, di wilayah laut yang sangat dalam, gelombang tsunami tingginya hanya sekitar 1-3 kaki.
Bahkan, terkadang pelaut tidak tahu bahwa gelombang tersebut terjadi di bawah kapal mereka.
Baca Juga : Kesaksian Agung Bastian, Korban Selamat Tsunami di Banten: Digulung Lah Kita di Air
5. Tsunami dapat memusnahkan kehidupan di Bumi
Menurut beberapa ilmuwan, sekitar 3,5 miliar tahun lalu, ada serangan meteorit yang menimbulkan tsunami besar dan memusnahkan semua kehidupan di bumi.
Ada pula teori lain yang menyebutkan bahwa terjadi gelombang tsunami setinggi 180 meter di Samudera Hindia akibat jatuhnya asteroid pada 4.800 juta tahun lalu.
Meski biasanya didahului gempa tektonik, nyatanya tidak semua tsunami seperti itu.
Salah satunya ialah tsunami Selat Sunda 22 Desember 2018 lalu.
PVMBG dan BMKG menyatakan bahwa letusan gunung berapi bawah laut, Gunung Anak Krakatau (GAK) sebagai penyebabnya.
Longsoran GAK yang masuk ke laut menimbulkan gelombang tsunami hingga ke Banten dan Lampung.
(*)
Source | : | BMKG,National Geographic Indonesia |
Penulis | : | Chandra Wulan |
Editor | : | Chandra Wulan |
Komentar