Gridhot.ID - Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) dibentuk sejak tahun 1978.
Anggota UNIFIL pun terdiri dari berbagai kontingen negara-negara dunia anggota PBB.
Sampai sekarang UNIFIL masih aktif dan Kontingen Garuda dari Indonesia menjadi penyumbang personel terbanyak.
Dikutip dari Kompas.com dan Surya, tugas UNIFIL ialah menjaga perdamaian khususnya di perbatasan antara Israel dan Lebanon yang rawan akan kerusuhan.
Baca Juga : Nenek Usia 70 Tahun Malah Dibebaskan Setelah Membunuh Putranya Sendiri
Bedanya di perbatasan kedua negara yang membuat kerusuhan bukan masyarakatnya, melainkan kedua belah militer menenteng senjata baik ringan maupun berat.
Ada peristiwa menegangkan yang terjadi pada 3 Agustus 2010 silam.
Saat itu patroli rutin UNIFIL menemui pasukan Israel sedang menebang pohon dari Blue Line perbatasan internasional pukul 7 pagi waktu setempat.
Pasukan UNIFIL lantas memberitahu pasukan Lebanon mengenai hal ini.
Baca Juga : 7 Hal yang Bakal Dinanti di Tahun 2019, Lahirnya Bayi Kerajaan Inggris Hingga Kaisar Jepang Turun Tahta
Di tkp, dua personel UNIFIL dari Indonesia menjadi penengah ketika pasukan Lebanon tiba di sana pukul 9 pagi.
Namun yang terjadi kedua belah militer Israel dan Lebanon malah terlibat saling ejek.
Dua personel UNIFIL Indonesia berusaha melerai saling ejek itu, namun yang terjadi malah ada letusan senjata.
Tak selang berapa lama adu tembak sengit terjadi antara pasukan Israel melawan Lebanon di sana.
Baca Juga : Korban Longsor di Sukabumi Bertambah, 9 Tewas, 34 Masih Tahap Pencarian
Peluru berdesingan di atas kepala dua personel UNIFIL Indonesia itu, mereka terjebak di tengah-tengah medan pertempuran. Namun keduanya tetap berusaha melerai pertempuran.
"Pasukan Indonesia berusaha menghentikan pertempuran diantara dua belak pihak. Namun baku tembak semakin panas, sehingga mereka diperintahkan mundur atau mencari tempat perlindungan," terang pihak UNIFIL saat itu.
Situasi menjadi semakin gawat ketika Israel mendatangkan tank Merkava dan heli serang Apache ke lokasi pertempuran.
UNIFIL kemudian memerintahkan kedua pasukan Indonesia itu untuk mundur dari medan pertempuran dadakan itu.
Kedua personel UNIFIL Indonesia mundur dengan dibantu penduduk sekitar.
Sejurus kemudian bantuan dari UNIFIL datang amat banyak untuk meredakan pertempuran.
Media Lebanon sempat membuat berita hoax mengenai kaburnya dua personel UNIFIL Indonesia itu dari medan pertempuran.
"Pasukan internasional yang impoten itu memilih meninggalkan tempat pertempuran dan menonton perang dari kejauhan," tulis media Hizbullah, As-Safir.
Namun UNIFIL membela dengan tegas keduanya tak lari, namun diperintahkan mundur.
"Saya pernah berada di situasi seperti saat ini sebelumnya. Saat semua orang berambisi untuk menembak, tak ada yang bisa dilakukan, termasuk pasukan perdamaian sekalipun," bela Timur Goksel, mantan juru bicara UNIFIL.
Djoko Santoso sebagai Panglima TNI saat itu juga menampik tudingan jika dua personel TNI yang tergabung dalam UNIFIL kabur dari sana.
"Mereka tidak kabur, namun pasukan kita berlindung di balik bangunan," kata Djoko Santoso.
Djoko menjelaskan keduanya memang tak boleh terlibat dalam konfrontasi bersenjata karena mereka adalah pasukan perdamaian PBB.
(Seto Aji/Gridhot.ID)