Tri mengatakan, kondisi korban membaik dan hanya butuh observasi dan penatalaksanaan yang ketat dan tepat.
Ia bersama dokter dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) telah melakukan pelatihan penatalaksanaan korban gigitan ular kepada tenaga kesehatan di pengungsian, seperti Dinas Kesehatan Pandeglang, Rumah Sakit Berkah, dan Rumah Sakit Umum Daerah dr Dradjat Prawiranegara, Serang.
Baca Juga : Mung Parhadimulyo, Danjen Kopassus yang Nekat Telan 6 Untai Telur Ular Piton Mentah Sekali Lahap
Disebutkan, ancaman gigitan ular setelah terjadi bencana diduga terjadi karena habitat yang terganggu.
Tri menambahkan, hasil riset selama enam tahun yang dilakukannya, menunjukkan bahwa setiap bencana ada ancaman gigitan ular.
"Setiap disaster (bencana) ada risiko snakebite, misal banjir di Sampang, gempa di Lombok, erupsi Gunung Raung, erupsi Gunung Merapi, erupsi Gunung Agung, dan sebagainya," ujar dia.
Baca Juga : Sedih, Seekor Anjing yang Tewas Karena MelawanUlar Piton Sepanjang 6 Meter Demi Lindungi Majikannya
Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan dr Achmad Yurianto memberikan imbauan kepada masyarakat untuk berhati-hati ketika membersihkan lingkungan sekitar.
"Kalau mulai bersih-bersih pada awalnya jangan menggunakan tangan langsung, gunakan kayu dahulu pastikan tidak ada ular, baru pakai tangan. Karena tsunami, sarang ular terusik dan menyebar, berpindah tempat ke tumpukan sampah atau puing," kata Achmad.
Sebagai catatan, apabila tergigit ular, korban harus tenang dan istirahat, memasang bidai dan mengurangi pergerakan, serta membawa ke pelayanan kesehatan terdekat seperti puskesmas atau rumah sakit.
Suasana dampak tsunami selat sunda di Desa Sumber Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Bante
Selain itu, jangan membawa ke dukun, jangan dihisap atau disedot, jangan ditoreh atau dikeluarkan darahnya, jangan dipijat, jangan diikat, serta jangan menggunakan obat herbal.