GridHOT.id - Duduk bersama dengan putranya yang baru lahir di sebuah kamp pengungsi Suriah, Shamima Begum, untuk kali pertama muncul dalam wawancara eksklusif dengan Sky News, Minggu (17/2/2019).
Perempuan berusia 19 tahun itu mencuri perhatian dunia ketika ingin pulang ke Inggris. Sementara di sisi lain, dia tidak menyesal telah bergabung dengan kelompok ISIS. Dia mengatakan, banyak orang yang harus bersimpati padanyal.
Baca Juga : Nakal! Sang Bunda Cerita Saat Nagita Slavina Masih SD 'Dia Masih SD Nyatron-Nyatroni Anak SMP
Menurutnya, pihak berwenang Inggris tidak memiliki bukti bahwa dia telah melakukan sesuatu yang berbahaya.
"Orang-orang harus bersimpati kepada saya atas semua yang saya lalui," katanya.
"Saya tidak tahu apa yang saya hadapi ketika pergi. Saya harap, mungkin demi anak saya, mereka akan membiarkan saya kembali. Saya tidak bisa tinggal di kamp ini selamanya," imbuhnya.
Wawancara yang digelar pada pekan lalu itu juga mengungkapkan bagaimana dirinya yang tak terganggu melihat penggalan kepala di tempat persembunyian.
"Saya tahu soal hal berkaitan pemenggalan, dan saya baik-baik saja dengan itu," ucapnya.
Shamima melarikan diri dari keluarganya di Bethnal Green, London Timur, pada saat usianya 15 tahun. Perempuan itu mengaku telah membuat kesalahan.
"Tapi saya tidak menyesal karena itu mengubah saya sebagai pribadi. Saya menjadi lebih kuat, lebih tangguh," tuturnya.
Baca Juga : Bagi Syahrini Sosok Ini yang Paling Penting Dalam Hidupnya
"Saya tidak akan menemukan seseorang di Inggris seperti suami saya. Saya punya anak, saya menikmati kehidupan. Tapi itu sulit pada akhirnya, saya tidak bisa menerimanya. Saya harus pergi," katanya.
Baca Juga : 'Kalau yang Benar dan yang Baik, Harus Kita Akui'
Shamima mengecam anggapan bahwa dia bisa berbahaya jika diizinkan kembali ke ISIS. Dia bersikukuh hanya menjadi seorang ibu rumah tangga selama berada di Suriah.
"Saya tinggal di rumah, saya mengurus suami dan anak-anak. Saya tidak pernah membuat propaganda atau mendorong orang lain datang ke Suriah," ucapnya.
Awal gabung ISIS
Shamima memutuskan bergabung dengan kelompok ekstremis itu usai menyaksikan video propaganda online di Inggris.
Awalnya, kehidupan Shamima dalam naungan ISIS disebutnya sebagai baik-baik saja. Dia menikahi seorang anggota ISIS asal Belanda, Yago Riedijk, tiga pekan setelah sampai di Suriah.
Baca Juga : Jerinx Kepada Anang Soal RUU Permusikan : Permintaan Maafmu Akan Membuktikan Jika RUU Ini Cacatnya Hakiki
Namun banyak hal menjadi lebih sulit usai kubu ISIS di Raqqa telah dikalahkan sehingga memaksa keluarga itu melarikan diri.
Putranya, Jerah, dan putrinya, Sarayah, meninggal dunia karena tidak mendapat perawatan medis yang layak.
Sementara, dia dan suaminya pisah setelah menyerah kepada pasukan Kurdi. Dia mengatakan, bayi yang baru dilahirkannya merupakan alasannya ingin kembali ke Inggris.
"Saya ingin pergi karena dia. Mencoba memberinya kehidupan yang lebih baik. Saya akan mencoba yang terbaik untuk tetap bersamanya, katanya.
"Tolong, jangan menyerah pada saya. Bawa saya kembali, saya tidak ingin tinggal (di Suriah)," ujarnya dalam sebuah pesan kepada keluarganya.
Shamima merupakan salah satu dari 33.000 perempuan dan anak-anak yang berada di kamp pengungsi al-Hawl di Suriah utara.
Di sana, 50 bayi dan balita meninggal akibat kedinginan dan kelaparan selama tiga bulan terakhir. (Kompas.com/Veronika Yasinta)
Baca Juga : Soal Pembangunan LRT, Ini Perbandingan Biaya LRT Jabodetabek dengan Negara Tetangga
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul Tak Menyesal Gabung ISIS, Shamima Ingin Orang Simpati dengan Nasibnya