Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade Prasetyo
Gridhot.ID - Tahun 2019 sudah memasuki bulan ketiga, cuaca buruk di Indonesia masih terjadi di beberapa wilayah.
Curah hujan yang cukup tinggi di beberapa daerah mengharuskan setiap warga untuk siaga dengan bencana banjir.
Jakarta adalah salah satu daerah yang selalu siap siaga dengan langganan bencana banjir.
Baca Juga : Luncuran Wedhus Gembel Gunung Merapi Hebohkan Media Sosial, Humas BNPB : Masyarakat Belum Perlu Mengungsi
Dilansir Gridhot.ID dari Kompas.com Selasa (5/3/2019), dikabarkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta telah menginformasikan adanya kenaikan permukaan air di Pintu Air Angke Hulu.
Berdasarkan informasi dari situs bpbd.jakarta.go.id, ketinggian permukaan air yang semula berstatus aman telah naik satu level menjadi siaga tiga.
Status siaga tiga atau waspada ini dimulai pada pukul 04.00 (5/3/2019) dengan ketinggian air mencapai 165 sentimeter.
Baca Juga : Beredar Video Penampakan Air Sungai Mengalir Secara Vertikal di Jogja, Humas BNPB Ungkap Penyebabnya
Akibat adanya kenaikan volume air di Pintu Air Muara Angke, BPBD DKI Jakarta memperingatkan kepada masyarakat Jakarta untuk berjaga - jaga karena akan adanya potensi banjir.
"Antisipasi wilayah yang kemungkinan akan terdampak, Rawa Buaya, Cengkareng Timur, Cengkareng Barat, Kembangan Utara, Kedoya Utara, Duri Kosambi, Kapuk, Kedaung Kaliangke," demikian informasi di akun Twitter @BPBDJakarta.
Informasi kenaikan volume air di Pintu Air Muara Angke ini juga telah diinformasikan pihak BPBD DKI Jakarta kepada lurah dan warga sekitar bantaran Kali Angke untuk mengantisipasi dan waspada potensi banjir.
Sebelumnya pada Kamis (20/12/2018), Gridhot.ID sempat melansir informasi dari pihak Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang menyampaikan prediksi bencana pada tahun 2019.
Secara umum, ada dua jenis bencana yang diperkirakan akan terjadi di Indonesia pada tahun 2019.
Yakni hidrometerologi dan geologi.
Bencana hidrologi adalah bencana yang masih bisa diperkirakan manusia karena dipengaruhi oleh faktor cuaca.
Baca Juga : Sepak Terjang Calon Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo, Prajurit Kopassus Kenyang Pengalaman Tempur
Sedangkan bencana geologi adalah bencana yang dipengaruhi oleh faktor pergerakan di bawah bumi.
Untuk lebih jelas, berikut adalah sederet bencana yang akan terjadi di tahun 2019 berdasarkan prediksi BNPB dilansir dari Kompas.com dan Suar.ID.
Bencana hidrometerologi adalah bencana yang dipengaruhi oleh faktor cuaca, seperti banjir dan tanah longsor saat musim hujan atau kekeringan dan kebakaran lahan saat musim kemarau.
Meski tak bisa dipastikan, namun bencana-bencana hidrometeorologi ini cenderung dapat diprediksi.
Baca Juga : BNPB: Potensi Tsunami Selat Sunda Tidak Terdeteksi karena Ketiadaan Peralatan Sistem Peringatan Dini
Hal ini dikarenakan waktu dan faktor penyebabnya adalah berdasarkan musim yang datangnya dapat diperkirakan.
Banjir, longsor dan puting beliung diprediksi akan mendominasi peristiwa bencana selama 2019.
Hal ini dikarenakan masih banyaknya kerusakan daerah aliran sungai (DAS), lahan kritis, laju kerusakan hutan, kerusakan lingkungan dan perubahan penggunaan lahan di lingkungan dan masyarakat.
Baca Juga : Ini Prediksi BNPB Menyoal Bencana Alam Mengerikan Tahun 2019 di Indonesia
Secara spesifik, banjir dan tanah longsor akan terjadi sejak awal tahun hingga April 2019 dan dipenghujung tahun saat memasuki musim penghujan.
Sementara untuk kebakaran hutan dan lahan diprediksi masih akan tetap terjadi.
Namun, bencana ini masih bisa diatasi dengan kesiapan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat sendiri.
Kekeringan dan kebakaran hutan ini akan banyak terjadi sekitar bulan Juni hingga Oktober saat musim kemarau.
Dilansir Gridhot.ID dari Suar.ID, bencana geologi adalah bencana yang dipengaruhi oleh faktor pergerakan di bawah bumi.
Masing-masing lempeng memiliki waktu pergerakan berbeda-beda, sehingga waktu terjadinya cenderung kurang bisa diprediksi.
Waktu terjadinya pun bisa sewaktu-waktu dalam waktu yang cepat. Misalnya, gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami.
Baca Juga : 4 Fakta Amblesnya Jalan Raya Gubeng Surabaya, Keterangan Humas BNPB Hingga Analisis Pakar Geoteknik ITS
Kemungkinan terjadinya bencana ini tersebar sepanjang tahun di semua wilayah Indonesia, baik daratan maupun lautan.
Untuk gempa bumi, tahun depan diprediksi masih terjadi.
Hal ini disebabkan sebagian besar wilayah Indonesia terletak di atas lempeng aktif yang selalu bergerak. Namun, wilayah Indonesia bagian timur diminta untuk lebih waspada dan berhati-hati.
Sebab, di wilayah itu memiliki lempeng atau sesar yang lebih rumit dan rentan terjadi bencana.
Baca Juga : Cerita Humas BNPB Sutopo Soal Kucingnya: Pulang Kerja Langsung Minta Dipeluk Manjah
Sementara, potensi tsunami ada jika gempa tektonik terjadi dengan kekuatan di atas magnitude 7 dan terjadi di jalur subduksi dengan kedalaman kurang dari 20 kilometer.
Terakhir, potensi bencana gunung berapi, tidak dapat diprediksi terjadinya dan masa kebencanaannya. Ini dikarenakan masing-masing gunung berapi memiliki tipikal yang berbeda-beda.
Namun, secara keseluruhan Indonesia sudah lebih siap untuk menghadapi bencana yang mungkin datang.
Ini dapat dilakukan dengan perbaikan berbagai sistem dan pengetahuan, juga kesiapsiagaan masyarakat yang lebih terlatih saat bencana menerpa. (*)