Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade Prasetyo
Gridhot.ID - Pemilihan umum semakin dekat, banyak orang berlomba - lomba mencalonkan diri untuk mendapatkan jatah kursi legislatif.
Para calon yang berlomba pun datang dari berbagai kalangan .
Dalam pikiran orang, menjadi calon legislatif haruslah membutuhkan modal yang besar.
Namun tidak pada jaman sekarang, kancah politik boleh dijajaki dari kalangan manapun.
Seperti yang dilakukan oleh orang - orang ini.
Tekadnya yang besar untuk menjadi seorang caleg tak memandang profesi apa yang melatar belakanginya.
Baca Juga : Tak Kunjung Datang Antarkan Pesanan Pelanggannya, Driver Ojol Ini Ternyata Alami Kecelakaan Hingga Tewas
Dilansir Gridhot.ID dari Kompas.com Rabu (13/3/2019), Suhandi seorang driver ojek online maju ikut berkompetisi menantang para calon legislatif dari sektor formal dan bermodal besar.
Suhandi merupakan caleg DPR RI Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dari daerah pemilihan (Dapil) Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kepulauan Seribu.
Keinginannya menjadi caleg ternyata diawali dari ketidak sengajaan saat mengantar penumpangnya ke DPP PKB dirinya melihat poster pendaftaran caleg PKB.
Ia pun tertarik dan mencoba mendaftarkan diri dengan melengkapi persyaratan dengan dokumen yang dibutuhkan.
Tak disangka, dua hari kemudian ia dihubungi pihak PKB untuk datang ke DPP PKB di Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat.
Muhaimin Iskandar atau akrab dikenal dengan Cak Imin sebagai ketua umum PKB langsung menemui Suhandi saat itu.
"Cak Imin meyakinkan saya untuk lanjut terus, untuk membela teman - teman ojek online dan rakyat kecil, jangan berkecil hati," kata Suhandi saat diwawancarai Kompas.com (9/3/2019).
Baca Juga : Dapatkan Mini Cooper Seharga Rp 12 Ribu, Mobil Mewah Milik Driver Ojol Tersebut Ditawar Ratusan Juta
Dirinya pun juga kaget ketika dicalonkan PKB sebagai caleg DPR RI Jakarta III dapil Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Kepulauan Seribu.
Dengan modal yang minim, Suhandi memulai kampanyenya dengan membuat stiker kecil.
Bekal besar yang ia miliki adalah dukungan keluarga, rekan, serta niat besarnya untuk memperjuangkan kesejahteraan pengemudi ojek online.
Suhandi menyasar rekan - rekan sesama ojol dalam berkampanye.
" Biasa sambil mengantar penumpang saya juga keliling - keliling ke tongkrongan ojol kan banyak saya kampanye, bagi - bagi stiker dan menyampaika maksud saya," ujar Suhandi.
Ternyata responnya sangat baik, dia merasa senang karena rata - rata sahabatnya tukang ojol dan penumpangnya mendukung pencalonannya.
"Semua pada baik ya mendukung saya. Teman - teman mendukung dengan ikut mengampanyekan saya, para penumpang juga selalu memberikan semangat," tambah Suhadi.
Baca Juga : Ditilang, Driver Ojol Ngamuk-ngamuk, Polisi Pun Disemprot Ibunya
Ia menargetkan dapat meraup 60.000 suara dan optimis bisa mendapat suara dari jumlah pengemudi ojol di Jakarta yang saat ini jumlahnya mencapai 300.000 orang.
Ternyata tak hanya Suhandi seorang driver ojol yang memiliki tekad besar menjadi caleg.
Dilansir dari Gridhot.ID dari TribunJakarta, Muhamad Yusuf Rachman seorang pengemudi ojol juga mempunyai niat besar untuk maju mencalonkan diri menjadi caleg.
Secara tidak sengaja niat ini tumbuh dalam diri Yusuf ketika ia ikut berunjuk rasa bersama rekannya sesama ojek online untuk menuntut kenaikan tarif ojek.
Bermodal pengalaman organisasi saat kuliah, Yusuf Bisa kenal dengan Kdader PDI-P Ribka Tjitaning dan semakin memuluskan jalannya untuk menjadi caleg PDI-P.
Yusuf sadar modal yang ia perlukan cukup besar untuk menempuh tekadnya ini.
Terhitung sampai saat ini ia telah menghabiskan dana Rp 30 juta untuk membiayai kampanyenya.
"Untuk persiapan modal saya sebenarnya enggak ada, tapi biaya selama ini yang sudah saya keluarkan untuk jadi caleg sekitar Rp 30 juta ada, tabungan saya keluarin, makanya sampai sekarang rumah masih ngontrak aja," kata Yusuf.
Sementara itu cara berkampanye Yusuf untuk menyosialisasikan visi misinya hampir sama dengan Suhandi.
Melalui penumpang dan rekan ojek onlinnya Yusuf menarik pendukungnya.
"Paling saya modal baru stiker doang, kalau kampanye dari mulut ke mulut, saya ketemu langsung, atau pas ada pertemuan sama temen - temen ojol saya datang, ngopi bareng sambil bersosialisasi, gitu aja setiap kampanye."
Baca Juga : Petugas Satpol PP DKI Jakarta Terlihat Lari Tunggang Langgang Dikejar Oleh Pedagang Kaki Lima
"Tapi yang pasti saya juga ingin fokus mewakili aspirasi rekan-rekan ojol, contoh saya pengen mendorong pemerintah bangun selter buat pengemudi ojol supaya lebih rapi, sama tentunya aspirasi lain buat kesejahteraan teman-teman ojol," ujar Yusuf.
Jika terpilih nanti dirinya berjanji akan menjadi wakil rakyat yang responsif, aspiratif, humanis, dan mandiri.
Seperti tak mau kalah dari kedua driver ojol yang nyaleg, kali ini fenomena unik pencalonan caleg datang dari seorang pedagang cakwe.
Baca Juga : Ketika Anggota Kopassus Menyaru Jadi Pedagang Durian, Ia Menyusup ke GAM Tanpa Ketahuan
Dilansir dari Kompas.com, Nur Wahid (47) merupakan pedagang cakwe di Bekasi.
Dia mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kota Bekasi periode 2019-2024 dari Partai Gerindra untuk daerah pemilihan (Dapil) III, Rawalumbu, Mustikajaya, dan Bantargebang.
Nur merintis usaha jualan cakwe sejak 1994 yang diawali dengan berdagang keliling.
Kini, Nur sudah memiliki pegawai dan 12 gerobak cakwe yang tersebar di Cakung dan Kota Bekasi.
Baca Juga : Heboh Pedagang di NTT Temukan Telur Rekondisi dan Palsu, Isinya Bergumpal, Kenyal dan Tak Berbau
Karena merasa sudah memiliki penghasilan cukup, Nur pun bertekad mewujudkan cita-citanya sejak kecil, yakni terjun ke dunia politik.
Sadar menjadi caleg butuh dana besar, Nur telah menyiapkan anggaran kampanyenya sejak 2014.
Dia menyiapkan dana sekitar Rp 250 juta untuk kebutuhan kampanyenya.
Baca Juga : Viral Kisah Thuch Salik, Bocah Pedagang Asongan yang Kuasai 16 Bahasa Asing di Usia 14 Tahun
"Saya dari 2014 sudah kuat buat maju cuma saya ini baru terjun ke politik. Jadinya saya tahan maju di 2019 saja. Modal saya sekitar Rp 250 juta buat caleg ini, itu buat APK (alat peraga kampanye) dan sosialisasi," kata Nur.
Dana sebesar itu digunakan Nur untuk membuat spanduk, stiker kecil serta sosialisasi kepada masyarakat untuk mencari tahu keluhan warga.
"Saya sering muter sosialisasi, tatap muka aja sama warga. Paling banyak itu ngeluhin jalan, saluran air sama pendidikan," ujar Nur. (*)