Laporan wartawan Gridhot.ID, Dewi Lusmawati
Gridhot.ID -Katimun adalah seorang warga desa Watu Bonang,Kecamatan Badegan, Ponorogo yang menyebarkan ajaran kiamat sudah dekat ke warga desanya.
Sosok Katimun diduga telah terpengaruh ajaran sesat sehingga bisa mempengaruhi warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo.
Akibat ajaran Katimun, 52 warga desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Ponorogo mendadak mengungsi ke Malang usai mendengar isu kiamat sudah dekat dan akan datang ke wilayahnya.
Dilansir Gridhot.ID dari Tribun Jatim.com Kamis (14/3/2019), yang tak kalah menggegerkan, sebelum mereka bedhol desa, 52 warga ini menjual seluruh harta beserta rumahnya dengan harga murah meriah.
Rumah Katimun sendiri menjadi tempat berkumpul warga desa yang takut akan datangnya kiamat ke wilayah mereka.
Setelah diketahui siapa dalang dibalik peristiwa ini, Bupati Ponorogo pun buka suara siapa sebenarnya sosok Katimun ini.
Identitas Katimun itu disampaikan Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni kepada wartawan.
Dilansir Gridhot.ID dari Kompas.com Kamis (14/3/2019), terungkap sejumlah fakta di balik sosok penyebar isu kiamat ini.
Katimun adalah juga seorang warga desa Watu Bonang yang menyebarkan isu kiamat karena diduga telah terpengaruh ajaran sesat.
Ipong menuturkan, sekitar dua bulan lalu, usai pulang menimba ilmu di Malang, Katimun mendatangi rumah ke rumah, mempengaruhi warga dan menyebarkan ajarannya.
Kepada warga, Katimun menyampaikan bahwa kiamat sudah dekat.
"Yang membawa ajaran ini ke Ponorogo atau ke Desa Watu Bonang itu, warga kami, namanya Katimun," kata Ipong Muchlissoni saat, Rabu (13/3/2019).
Baca Juga : Iwet Ramadhan Blak-blakan Bongkar Fakta Status Hubungan Luna Maya dengan Faisal Nasimuddin
Namun sampai saat ini Bupati Ponorogo masih belum membeberkan identitas lengkap sosok ini.
Dalam ajarannya, sebelum warga pindah Katimun menyuruh agar warga menjual aset barang berharga dan rumahnya sebelum kiamat terjadi.
Hal itu dipercaya supaya warga mempunyai bekal untuk menuju ke akhirat.
Akhirnya beberapa warga menjual rumahnya dengan harga Rp 20 juta dan ternak mereka dihargai Rp 8 juta.
Selain itu warga diharuskan membeli sebuah pedang dengan harga Rp 1 juta untuk mempersiapkan diri menghadapi bulan Ramadhan besok akan terjadi huru hara.
"Jadi intinya, dia mengatakan kiamat sudah dekat, jamaah diminta menjual aset-aset yang dimiliki untuk bekal di akhirat, atau dibawa dan disetorkan ke pondok.
Jamaah harus salat lima waktu di masjid," kata Ipong Muchlissoni saat, Rabu (13/3/2019).
Baca Juga : 5 Fakta Pernikahan Dini di Parepare, Kedua Pengantin Sempat Minggat dari rumah Karena Dilarang Nikah
Rumah Katimun, tokoh yang mengajak 52 warga Desa Watu Bonang, Kecamatan Badegan, Kabupaten Ponorogo, pindah ke Kabupaten Malang karena isu kiamat, sepi, Rabu (13/3/2019).
Rumah itu diketahui sudah tidak berpenghuni sejak dua bulan lalu.
Pantuan Kompas.com, pintu rumah Katimun terkunci rapat.
Baca Juga : Fakta Baru! Jenazah Jurnalis Jamal Khashoggi Diduga Dioven untuk Hilangkan Jejak Pembunuhan
Bahkan bagian depan rumah dipagar dengan jaring plastik melingkar.
"Setelah Katimun pindah ke Malang, aktivitas pengikutnya tidak ada lagi. Mushala yang dahulu ramai jemaahnya juga sepi. Sekarang sepi seperti kuburan," ujar Kepala Desa Watu Bonang Bowo Susetyo kepada Kompas.com, Rabu malam.
Bowo mengatakan, tidak mengetahui persis proses 52 warga Watu Bonang hijrah ke Malang. Dia hanya mengetahui bahwa Katimun hijrah ke Malang dua bulan lalu.
Bowo Susetyo mengaku kaget dan tak tahu-menahu ada 52 warganya pindah ke Malang.
Dia hanya mengetahui bahwa Katimun hijrah ke Malang dua bulan lalu. Bowo mengatakan secara administrasi 52 warga yang pindah ke Malang itu masih warga Desa Watu Bonang.
Bowo mengatakan, sejauh ini baru empat rumah yang dijual oleh warga yang termakan isu kiamat itu.
"Ketika kami konfirmasi kenapa dijual, warga mengatakan hasil penjualan itu nanti akan menjadi bekal selama mondok di Kasembon, Kabupaten Malang," kata Bowo.
Baca Juga : Polisi Bongkar Fakta Terkait Sosok Wanita Misterius yang Disebut Bersama Andi Arief di Kamar Hotel
Kasus ini pun akhirnya dilaporkan oleh Bupati Ponorogo ke MUI Jatim untuk meminta segera turun tangan atas peristiwa ini.
Sementara itu, dikutip GridHot.ID dari unggahan video akun Instagram @info_ponorogo pada 14 Maret 2019, nampak kondisi terkini padepokan milik Katimun yang telah kosong tak berpenghuni.
Padepokan yang terletak persisi didepan kediaman Katimun itu berupa rumah panggung dari kayu.
Di bagian belakang nampak dipan dan sejumlah sound system dibiarkan tergeletak.
Sementara di bagian dalam padepokan, nampak sejumlah poster para kiai dan atribut padepokan berupa spanduk.
Padepokan yang kini tak berpenghuni itu nampak kosong dan sejumlah kitab berserakan di lantai.
"Dari keterangan pihak desa, sebelumnya para jamaah ini aktif dalam pengajian Thoriqoh Akmaliyah As-Sholihiyah cabang Ponorogo Di Padepokan milik Katimun tersebut.
Baca Juga : Duit Nasabah BRI Sebesar Rp 65 Juta Raib via Virtual Account, Ada apa Gerangan?
Namun sejak sebulan terakhir, secara bertahap mereka "Hijrah" ke Pondok Pesantren di Kasembon Malang dan menjual rumah, binatang ternak hingga sawah dan pekarangan," tulis akun @info_ponorogo dalam captionnya.
(*)