Burung aduan miliknya rata-rata adalah keturunan Belgia dan Belanda, jauh lebih besar dan kuat dibanding merpati lokal yang hanya dibiakkan sebagai peliharaan.
Setiap musim semi, Zhang menjelaskan ada sekitar 100 ekor burung dara yang lahir.
Namun jumlah itu pada akhirnya menyusut menjadi 20 ekor saja.
Penyusutan signifikan itu terjadi karena beberapa faktor, seperti mati karena sakit atau terluka saat balapan karena menabrak tiang, atau tersesat saat pulang ke rumah.
Baca Juga : Sempat Viral Karena Tidur di Samping Kuburan Putrinya, Ibu : Berdoa Agar Pelaku Segera Serahkan Diri
Menurut Zhang, bagian paling menarik dari olahraga ini adalah penuh dengan ketidakpastian.
Bisa saja burung yang jadi juara di satu musim balapan malah menjadi pecundang di musim depan.
"Ini adalah olahraga yang membuat orang-orang bahagia, getir, cemburu, dan berambisi. Semua bercampur menjadi satu membuatnya menarik," tutur dia.
Baca Juga : Demi Memacu Semangat Belajar Murid - Muridnya, Guru Ini Mengajar dengan Menggunakan Kostum Iron Man
Namun olahraga ini punya banyak resiko, ia berkata ada saja orang yang berniat mencuri burung andalan dengan cara dijaring kemudian dijual kembali.(*)