Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Nikahkan Anak Perempuannya dengan Bocah Ingusan Usia 12 Tahun, Orang Tua : Demi Uang Mahar

Nicolaus - Minggu, 21 April 2019 | 17:14
Seorang ayah terpaksa jual putrinya karena tak punya biaya untuk mengobati putranya yang sedang sakit epilepsi.
Ilustrasi BBC

Seorang ayah terpaksa jual putrinya karena tak punya biaya untuk mengobati putranya yang sedang sakit epilepsi.

Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade Prasetyo

Gridhot.ID- Seorang anak adalah buah karunia dari Tuhan yang seharusnya dijaga baik-baik.

Namun, ada beberapa masalah yang biasa ditemui dalam keluarga yang akhirnya terpaksa melibatka nasib dari seorang anak.

Sebuah kisah dibagikan sebuah keluarga dari Afganistan yang rela menjual anak perempuannya karena kekurangan dana untuk mengobati anak laki-lakinya.

Baca Juga : Istri Kalap Tikam Suami Sampai Tewas Hanya Karena Lupa Bawa Oleh-oleh Ayam Goreng

Keluarga itu memiliki tujuh anak, tiga perempuan dan empat laki.

Semuanya tidak sekolah dan tak bisa baca dan tulis maka dari itu mereka tak punya uang dan tak bekerja.

Salah seorang anak perempuan bernama Nazanim (bukan nama asli) dijodohkan pada saat berusia lima tahun.

Baca Juga : Misteri Wafatnya R.A Kartini, Inilah Penyakit Penyebab Kematiannya

Saat usia 10 tahun, statusnya menjadi istri dari keluarga suaminya yang berusia 12 tahun dengan status dirinya dibeli dengan harga sekitar Rp49 juta.

Orang tuanya menjual Nazanin untuk mencari uang pengobatan adiknya yang sakit.

"Penderitaan putra saya sangat berat. Saat saya pandang wajahnya, saya merasa harus mengambil uang (untuk pembayaran putri saya). Ayah Nazanin ragu-ragu namun saya yakinkan untuk menerima uang dengan imbalan putri saya," kata ibu Nazanin yang tinggal di kamp pengungsi Shahrak e Sabz dekat Herat di Afghanistan barat.

Dilansir Gridhot.ID dari BBC World Service (21/4/2019), ayah dari Nazanin rela menjualnya karena tak punya biaya untuk mengobati adiknya yang masih berusia empat tahun dan terserang epilepsi.

Baca Juga : Banting TV Setelah Prabowo Kalah di Quick Count : Saya Buktikan, Saya Tak Takut Rugi Televisi

"Putra kami mengalami epilepsi dari usia empat tahun dan kami tak punya uang untuk berobat," kata ayah Nazanin.

Dalam upaya untuk mencari biaya berobat, keluarga itu memutuskan untuk menjual putrinya.

"Saya ambil uangnya dan setuju untuk menjual anak perempuan tertua untuk menikah. Saya gunakan uang itu untuk membayar berobat putra saya. Tapi anak saya tak sembuh juga dan saya kehilangan putri saya," kata ibunya.

Baca Juga : Terciduk, Dua Orang PPS Diamankan Petugas Setelah Diduga Bobol 21 Kotak Suara

"Bila seseorang menjual anak kecilnya dengan cara itu, tentu saja ada penyesalan. Saya juga menyesal, tapi itu tak ada gunanya," kata ayahnya menyela.

Keluarga Nazanin mengalami kemiskinan semenjak kekeringan parah yang melanda sebagian besar negara Afganistan pada tahun 2018.

"Kami bekerja di ladang dan juga punya sedikit ternak. Namun harus kami tinggal semua," kata ayahnya.

Ternak mereka mati karena kekeringan di desa asal mereka di Provinsi Badghis, di dekat Herat, kota ketiga terbesar di Afghanistan dekat perbatasan Iran.

Baca Juga : Tak Yakin Menang, Agar Tak Stres Seorang Caleg Mandi Kembang di Padepokan Anti Galau

Seorang ayah terpaksa jual putrinya karena tak punya biaya untuk mengobati putranya yang sedang sakit epilepsi.
Ilustrasi BBC

Seorang ayah terpaksa jual putrinya karena tak punya biaya untuk mengobati putranya yang sedang sakit epilepsi.

Keluarga ini pun juga terlilit hutang yang membuat masa depan dua anak perempuan mereka yang belum mencapai 10 tahun menjadi tak jelas.

"Bila penderitaan berlanjut, dan bila saya bisa menemukan orang yang mau membeli anak saya, saya akan lakukan itu. Saya setiap hari ditagih hutang," kata ayah Nazanin.

"Anak perempuan saya adalah satu-satunya aset," tambahnya.

Baca Juga : Firasat Paranormal Wirang Birawa Menyoal Nasib Sandiaga Uno Usai Pilpres 2019 : Cari Pasangan yang Tepat!

Akhirnya keluarga itu pun memutuskan untuk menikahkan putri mereka agar dapat bertahan hidup.

Tahun lalu, Nazanin berusia 10 tahun dan keluarganya mengatur pernikahannya yang dihadiri lebih dari 100 orang.

"Saya berikan apapun untuk putri saya. Uang dari perkawinan ini tak begitu banyak juga," kata ayahnya.

Namun pesta pernikahan itu bukan acara bahagia bagi keluarga Nazanin.

Baca Juga : Caleg Mengeluh Gagal Jadi Anggota Dewan, Warga Murka dan Kembalikan Bantuan Karpet Masjid

"Bila saya tak sangat kesulitan, saya tak akan menjual anak saya. Saya tak akan melakukannya, tapi saya perlu uang. Saya terpaksa melakukannya," kata sang ayah.

"Apa yang bisa kami lakukan. Banyak keluarga lain juga melakukan hal yang sama karena kekeringan menyebabkan kesulitan uang."

Namun Nazanin yang saat ini berusia 11 tahun tak menikah dengan orang tua.

Baca Juga : Viral, Beberapa Tokoh Avengers Jadi Panitia KPPS di TPS Surabaya

"Ia tinggal selama dua bulan di rumah mertuanya. Mereka memperlakukannya seperti anak sendiri. Suaminya berusia 12 tahun. Dia juga sangat pemalu dan tak banyak bicara," kata ibunya.

Nazanin tak pernah ditanya tentang pernikahannya. Ibu dan ayahnya tak pernah memberi tahu tentang tanggung jawab dalam pernikahan.

Tak mengejutkan kalau Nazanin sulit beradaptasi dengan kehidupan berumah tangga.

Tak lama kemudian, Nazanin kembali ke kamp pengungsian bersama orang tuanya. Pihak mertua mengatakan akan menjemputnya kembali dalam dua atau tiga tahun mendatang.

Baca Juga : Seorang Pemilih Buat Heboh TPS, Panitia Memanggil Nama Rudi yang Muncul Malah Stefi

"Ia tidak tahu apa yang harus dia lakukan dengan mertua dan suaminya," kata ayahnya.

"Mereka tinggal di provinsi Nimruz, dan 10 hari lalu, menantu kami berkunjung beberapa hari," katanya.

Keluarga Nazanin sampai saat ini masih tinggal di kamp pengungsi dan menanti bantuan dari pemerintah atau badan bantuan.

Baca Juga : Janggal, Ratusan Mahasiswa Menangis Tak Bisa Nyoblos Gegara Cuma Bawa E-KTP

Satu-satunya harapan di kamp itu adalah tawaran untuk belajar di sekolah.

Keluarga ini merasa bangga karena putri tertua mereka dapat menulis nama mereka dan juga nama ayah mereka.

Dua putra mereka yang lain juga punya kesempatan untuk sekolah.

Di kamp pengungsian, ibu Nazanin mengatakan ia menyesal sempat menjual anak perempuannya demi biaya berobat.

Baca Juga : Suasana TPS di Beberapa Lapas Indonesia, Narapidana Antusias Gunakan Hak Pilihnya untuk Nyoblos

"Nazanin mengatakan kepada saya, Ibu menjual saya saat saya kecil, namun adik tak sembuh juga," kata ibu Nazanin.

Namun satu hal yang membuat hatinya terhibur adalah karena Nazanin juga mengatakan, "adik akan sembuh dan saya juga akan meningkat dewasa."

"Saya menyesal menjualnya namun saya masih punya harapan untuk masa depan yang lebih baik," tutup ibu Nazanin.(*)

Source : BBC World Service

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x