Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Kisah Darshan Singh, Algojo yang Telah Mencabut Nyawa 850 Orang Tervonis Mati

None - Jumat, 26 April 2019 | 20:47
ilustrasi
Tribun Manado

ilustrasi

Berdasarkan angka-angka pada tabel kuno itulah, Singh menentukan panjang tali dan detail teknis lainnya, berdasarkan data tinggi dan berat badan si terpidana mati.

Singh sendiri mulai menjadi sipir sejak Singapura masih bergabung dengan Malaysia, pada pertengahan tahun 1950-an.

Setelah sang guru. Seymour (orang Inggris yang menjadi algojo tiang gantungan sebelumnya) pensiun, Singh langsung ditunjuk sebagai pengganti.

Saat itu ia baru berumur 27 tahun. "Awalnya, saya tertarik karena bonusnya Iumayan gede," ujar Singh, terakhir dibayar AS $ 312 per satu kali eksekusi.

"Dari Seymour saya tahu, algojo harus mengusahakan datangnya kematian secepat mungkin, agar orang yang kita eksekusi tidak mengalami siksaan. Makanya, hitung-hitungan tinggi dan berat badan terpidana, serta panjang dan kekuatan tali harus tepat betul," tutur pria yang lebih suka mengenakan kaus oblong, celana panjang, sepatu olahraga, dan kaus kaki setinggi lutut ketika melaksanakan eksekusi ini.

Singh bahkan sesumbar, di tangannya tak ada terpidana yang "tersiksa". "Mereka tidak akan menggeliat-geliat seperti ikan lepas dari air," imbuhnya.

"Tapi jangan berpikir saya tak punya rasa perikemanusiaan, karena menganggap eksekusi sebagai sesuatu yang begitu gampang dilakukan," tegas lelaki kelahiran tahun 1932 ini.

Singh mengaku, tugasnya menjadi jauh lebih berat, jika dia mengenal baik terpidana, atau sebelumnya telanjur membina persahabatan.

"Selain algojo, saya juga merangkap tukang cukur." ujar Singh tergelak. Saat mencukur rambut para narapidana itulah, acara ngobrol singkat kerap berkembang menjadi persahabatan.

"Berat, benar-benar berat rasanya. Karena tugas eksekusi tetap harus saya laksanakan," katanya dengan mimik serius.

"Sebagai manusia, kadang saya melihat mereka sebagai manusia yang baik. Saya menghormati dan berempati pada masalah mereka, meski pada akhirnya saya juga yang harus mengakhiri hidup mereka." Singh terlihat melankolis.

Karena hampir tidak mungkin berkegiatan yang menuntut sosialisasi dengan orang di luar tembok penjara, dunia gelap Singh memang terasa sempit.

Source : intisari

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x