Jadi, para dokter, guru, pegawai negeri sipil, polisi, seniman, ilmuwan dan orang yang berpendidikan tinggi lainnya yang menentang rezim ia bantai tanpa ampun.
Sebab, Pol Pot beranggapan orang-orang cendekiawan, intelektual itu bakal membahayakan kekuasaannya karena akan melakukan tindakan subversif menggulingkan rezim.
Baca Juga : Petugas Kebersihan Perumahan Mewah Bupati Talaud Bongkar Tabiat Keluarga Sri Wahyumi Manalip
Lebih dari itu Pol Pot juga menutup sekolah dan institusi pendidikan di negaranya agar rakyatnya tak bisa mengenyam pendidikan.
Sebagai gantinya ia memaksa rakyatnya agar bekerja saja menggunakan ototnya bukan otak.
Dengan semua guru terbunuh dan sekolah-sekolah berubah menjadi pusat-pusat penahanan, satu-satunya hal yang ingin diajarkan oleh Khmer Merah adalah pertanian dan kepatuhan.
Pol Pot sendiri meninggal pada 15 April 1998 akibat serangan jantung usai serangkaian gejolak di Khmer Merah.
Akhirnya jasad diktator itu dibakar di wilayah pedesaan yang disaksikan oleh beberapa anggota eks-Khmer Merah. (Seto Aji/Gridhot.ID)