Tidak adanya fasilitas toilet, membuat para pekerja terkadang harus buang air di sekitar area ladang.
Baca Juga : Permohonannya Dicuekin Pemerintah, Pria 45 Tahun Ini Putuskan Bangun Sendiri Jalan Desanya
"Kadang mereka membayar saya satu jam 17 dollar, kadang dibayar per biji buah yang dipetik," kata Rizky kepada kantor berita Australia AAP.
"Tapi ketika buah yang saya petik banyak, mereka lalu membayar saya dengan hitungan per jam, bukan per kantong," terangnya.
Kasus yang dialami oleh Rikzy ini lantas dijadikan contoh oleh Pemerintah Victoria guna mengubah aturan perburuhan.
Baca Juga : Pulang dari Tempat Penitipan Anak, Ibu Ini Syok Saat Temukan 25 Bekas Gigitan Pada Tubuh Putrinya
Menteri Utama Victoria, Daniel Andrews mengangkat kasus Rizky ini dalam akun Facebook-nya pada hari Kamis (2/5/2019).
"Rizky Oktaviana datang ke Victoria untuk mencari penghidupan yang lebih baik," tulis Dan Andrews.
Oleh karena itu, sejak hari Senin (29/4/2019), seluruh penyedia tenaga kerja di bidang pertanian harus memiliki lisensi.
Para penyalur tenaga kerja ini juga harus melewati pemeriksaan terkait penyediaan akomodasi, tempat kerja yang memadai, dan bila melanggar bisa dikenai denda maksimal 500 ribu dollar Australia (sekitar Rp 5 miliar).
Baca Juga : Viral Aksi Nekat Pemuda Mesir, Panjat Piramida Agung Giza dan Lempari Petugas Keamanan dengan Batu
"Kita akan menghukum operator yang tidak benar, dan melindungi pekerja karena tidak seorang pun di Victoria pantas mendapat perlakuan buruk," kata Dan Andrews lagi.