Gridhot.ID - The Day of Infamy, sebuah hari yang akan dikenang pahit oleh publik Amerika Serikat sampai detik ini.
Sedangkan di pihak Kekaisaran Jepang, The Day of Infamy merupakan suatu bentuk keberhasilan gilang gemilang karena serangan mereka ke Pearl Harbour sukses melumpuhkan armada pasifik Amerika.
Namun sejak saat itulah Kekaisaran Jepang secara tak sadar sedang melakukan Harakiri perlahan-lahan kepada keberlangsungan monarkinya.
Benar saja, Jepang kalah perang di palagan pasifik dan menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Amerika pada 15 Agustus 1945.
Baca Juga : Kemenag Baru Gelar Sidang Isbat Hari Ini, Awal Puasa 1 Ramadhan 1440 H Belum Ditentukan
Kaisar Hirohito menanggung malu karena baginya dan rakyat Jepang, kekalahan adalah hal tabu.
Kekalahan itu secara tak langsung mengubah tatanan hidup Kekaisaran Jepang secara drastis.
Apa saja fakta mengenai kaisar Jepang usai kalah perang?
Berikut ulasannya seperti dikutip dari Ancient Origins dan P.K Ojong : Perang Pasifik
Baca Juga : Kebiasaan Kejam Manusia Zaman Dahulu, Buang Orang Tuanya di Hutan Supaya Mati Dimangsa Hewan Buas
1. Perkawinan
Sudah barang tentu jika Kaisar Jepang haruslah mempunyai pendamping yang sepadan.
Kaisar Hirohito, permasuri Nagako, dan anak-anak mereka.
Contoh saja Hirohito yang menikah dengan wanita trah bangsawan karena aturan kekaisaran yang tak membolehkan anggota kerajaan menikahi rakyat jelata.
Namun semua berubah pada abad ke-20 usai Jepang keok di tangan Sekutu, dimana anak Hirohito, Akihito menikah dengan rakyat jelata bernama Michiko Soda pada 1956.
Baca Juga : Negara Mau Bangkrut, Biar Nggak Kekurangan Pangan PM Mahathir Mohamad Suruh Rakyat Malaysia Tanam Padi
Otomatis peraturan kekaisaran Jepang selama ratusan tahun mengenai perkawinan ini sudah tak berlaku lagi.
2. Kaisar Ilahi
Kaisar Jepang mempunyai julukan Tenno Heika yang berarti Kedaulatan Surgawi alias Kaisar adalah keturunan Dewa.
Namun usai kekalahan Jepang pada Perang Pasifik, Hirohito mulai menanggalkan sebutan ini karena malu masa Dewa kalah sama negara kapitalis manusia Amerika.
3. Tak Sudi berbicara di depan umum
Salah satu aturan kekaisaran Jepang selama beratus tahun ialah sang kaisar tak boleh berbicara di depan umu.
Hal ini lantaran perkataan kaisar dianggap 'Wahyu Ilahi' bagi rakyatnya.
Hirohito untuk pertama kalinya tampil di muka umum di Hiroshima seusai perang berakhir
Namun semua mendadak berubah ketika Hirohito melakukan siaran radio pada tahun 1945.
Dalam siaran itu Hirohito mengumumkan jika negaranya harus menyerah kepada Amerika.
Rakyat dan tentara Jepang terhenyak seketika mendengar ini.
Mereka membungkuk dan berlutut di depan corong radio karena mendengar pertama kali suara kaisar yang dipujanya menyuruh menyerah kepada musuh. Sebuah Wahyu bermakna kekalahan.
4. Kekaisaran hampir dibubarkan
Usai Hiroshima dan Nagasaki dilalap bom atom, Jepang mulai ketakutan sasaran bom berikutnya adalah istana kekaisaran Tokyo.
Tak pelak Hirohito langsung mengumumkan kekalahan Jepang.
Usai menyerah, Amerika berencana membubarkan saja kekaisaran Jepang dan mengadili Hirohito sebagai penjahat perang di Mahkamah Internasional.
Panglima pasukan Amerika di Pasifik, Douglas MacArthur ketika menerima kunjungan Kaisar Hirohito usai Jepang menyerah tanpa syarat.
Panik bukan main rakyat Jepang mengetahui jika Kaisarnya akan diseret layaknya penjahat ke meja hijau dan kemungkinan akan digantung sebagai hukumannya.
Namun hal ini urung dilakukan oleh Amerika lantaran rakyat Jepang bisa memberontak jika Hirohito diadili.
Kekaisaran tak jadi dibubarkan, namun dilucuti semua kekuasaannya dan kaisar hanya boleh menjadi simbol pemersatu Jepang.
Hal ini sama saja membuat kekaisaran Jepang sekarang hanyalah ornamen penghias negaranya, tanpa kekuasaan. (Seto Aji/Gridhot.ID)