"Yang tidak mampu beli beras ke masjid saja gesek ambil beras, yang sakit ada klinik masjid gratis, ada ngopi, ngeteh gratis tiap waktu."
Yang juga menarik, masjid ini buka 24 jam dan pintunya enggak boleh digembok.
Semua persoalan jamaah masjid ini dikoordinasikan denga pengurus dan dicarikan solusinya.
Peran penting para pengrajin bantik setempat.
Pembangunan Masjid Jogokariyan tak bisa dipisahkan dari peran penting para pengrajin batik dan tenun yang ada di sekitar situ.
Mereka yang tergabung dalam kelompok Koperasi Batik “Karang Tunggal” dan Koperasi Tenun “Tri Jaya” di awal bulan Jui 1966 telah berhasil membeli tanah wakaf seluas 600 m2.
Tanah itulah yang kemudian menjadi cikal bakal pembangunan masjid.
Para pengusaha batik dan tenun itu sebagian besar adalah simpatisan partai politik MASYUMI dan pendukung kegiatan dakwah Muhammadiyah.
Sebelumnya, para pelopor pembangunan masjid berpikir bahwa masjid itu akan lebih baik apabila dibangun di tempat yang strategis.
Baca Juga : Remaja Dihukum Guling-guling di Sungai Pembuangan Air Kotor Usai Tawuran : Berantem Seenaknya Aja!