Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Peneliti LIPI Ungkap Alasan Kenapa Pembunuh Bayaran Targetkan 4 Tokoh Nasional Bukannya Presiden

Siti Nur Qasanah - Rabu, 29 Mei 2019 | 11:53
Wiranto, salah satu target pembunuh bayaran
Instagram/@wiranto.official

Wiranto, salah satu target pembunuh bayaran

Laporan Wartawan GridHot.ID, Siti Nur Qasanah

GridHot.ID - Enam tersangka berinisial IR, HK, AZ, TJ, AD dan AV alias VV berhasil dibekuk oleh pihak kepolisian.

Diketahui keenam tersangka tersebut berencana untuk melakukan pembunuhan terhadap empat tokoh nasional serta satu orang pimpinan lembaga survei Pilpres 2019.

Melansir dari Kompas.com, Kapolri Jenderal (Pol) Tito Karnavian mengungkapkan empat nama tokoh nasional yang menjadi sasaran dalam rencana pembunuhan oleh enam tersangka yang telah ditangkap.

Baca Juga: Masih Dirahasiakan Pihak Kepolisian, Hermawan Sulistyo Bongkar Ciri-ciri Ketua Lembaga Survei yang Jadi Target Pembunuh Bayaran

Keempat nama itu adalah Menko Polhukam Wiranto, Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan, Kepala BIN Budi Gunawan, dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere.

Hal itu disampaikan Tito di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (28/5/2019).

"Ada Pak Wiranto, Menko Polhukam, Ada Pak Luhut, Menko Maritim. Lalu ada Pak Kepala BIN, dan juga ada Pak Gories Mere," ujar Tito.

Kendati telah mengungkap keempat nama tokoh nasional, namun Tito Karnavian enggan menyebutkan nama ketua atau pemimpin lembaga survei yang turut menjadi incaran pembunuhan.

Baca Juga: Tajudin, Mantan Marinir Anggota Pembunuh Bayaran Aksi 22 Mei, Ditugaskan Eksekusi Dua Tokoh Nasional

Diwartakan oleh Tribun Jabar, Peneliti Pertahanan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Muhamad Haripin mengatakan empat orang tokoh nasional jadi target pembunuh bayaran karena mereka memiliki posisi yang strategis dan penting di pemerintah.

Misalnya Kepala BIN Budi Gunawan (BG), kata Haripin, yang mempunyai posisi sangat vital bagi suatu negara.

Kepala BIN Budi Gunawan
Instagram/@halo_polisi

Kepala BIN Budi Gunawan

"Ada teori yang bilang intelijen itu garis pertama dari pertahanan. Jadi kalau ngejebol suatu negara dengan perang atau invasi, yang pertama dijebol dulu ya intelijen. Misalkan Pak BG 'kejadian', berarti rezim Jokowi (tinggal) beberapa langkah lagi menuju situasi kekacauan," terang Haripin sebagaimana dikutip Gridhot.ID dari Tribun Jabar.

Posisi Gories sebagai staf ahli presiden, kata Haripin, juga sama krusialnya.

Baca Juga: Diciduk Polisi, Jerry D Gray, WNA Mantan Tentara Amerika Tuntut Jokowi Mundur dan Sebut Prabowo Harus Jadi Presiden

Jika Gories menjadi korban, kata Haripin, itu akan mengirim sinyal yang sangat kuat pada pemerintahan Jokowi bahwa para lawan hanya tinggal selangkah lagi untuk 'menyentuh' Jokowi.

Tak hanya itu, Haripin juga memperhatikan kemungkinan adanya friksi pada tubuh TNI yang melatarbekalangi kasus ini, mengingat Luhut dan Wiranto adalah purnawirawan TNI.

Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan
Instagram/@kemenkomaritim

Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan

Haripin menduga ada faktor persaingan antara Luhut dan Soenarko yang sama-sama berlatar belakang sebagai Danjen Kopassus.

Baca Juga: Ajak Masyarakat Lempari Kotoran ke Panser Aparat, 2 Pria Ini Ngaku Buat Lucu-lucuan Saat Diciduk Polisi

Haripin lantas menyorot pertikaian-pertikaian yang terjadi antara Wiranto dan Kivlan Zen selaku purnawirawan pendukung Prabowo, yang kini ditetapkan sebagai tersangka makar.

Dikatakan oleh Haripin bahwa baik kubu Jokowi maupun kubu Prabowo sama-sama didukung oleh sejumlah purnawirawan.

Selain Luhut dan Wiranto, Jokowi didukung purnawirawan lain, seperti Moeldoko.

Sementara, kubu Prabowo didukung Jenderal (Purn) Djoko Santoso hingga Laksamana TNI (purn) Tedjo Edhy Purdijatno.

Baca Juga: Irfansyah, Mantan Anggota TNI yang Jadi Salah Satu Pembunuh Bayaran Aksi 22 Mei

Ia menyebut keberadaan purnawirawan di kedua kubu masih sangat berpengaruh.

Meski bukan lagi prajurit, Haripin mengatakan masih banyak purnawirawan yang menduduki posisi strategis baik di pemerintahan atau perusahaan.

Latar belakang mereka sebagai prajurit di orde baru, tambah Haripin, membuat para purnawirawan itu tetap ingin berperan dalam pemerintahan.

Baca Juga: Jadi Eksekutor Pembunuhan dalam Aksi 22 Mei, Desertir TNI Irfansyah Baru Terima Bayaran Rp 5 Juta

"Di satu sisi ada kepentingan politik, di sisi lain, kalau kita mau agak positif, mereka mempunyai romantisme ideologi masa lalu, terkait dwifungsi ABRI," kata Haripin. (*)

Source :Kompas.comTribun Jabar

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x