Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Jerit Pilu Petani Bali di Balik Mendunianya Sektor Pariwisata yang Digadang-gadang Mampu Kalahkan Paris dan London

Siti Nur Qasanah - Minggu, 16 Juni 2019 | 16:50
Obyek wisata Pura Ulun Danu, Danau Beratan, Bedugul, Kabupaten Tabanan, Bali, masih menjadi salah satu favorit kunjungan wisatawan domestik dan asing
KOMPAS/AYU SULISTYOWATI

Obyek wisata Pura Ulun Danu, Danau Beratan, Bedugul, Kabupaten Tabanan, Bali, masih menjadi salah satu favorit kunjungan wisatawan domestik dan asing

Laporan Wartawan GridHot.ID, Siti Nur Qasanah

GridHot.ID - Bali adalah primadona pariwisata Indonesia yang sudah terkenal di seluruh dunia.

Selain terkenal dengan keindahan alam, terutama pantainya, Bali juga terkenal dengan kesenian dan budayanya yang unik dan menarik.

Dilansir dari Wikipedia, pusat industri pariwisata Bali berada di Bali Selatan dan di beberapa daerah lainnya.

Baca Juga: Pilu, Kalimat Terakhir Lady Diana ke Ratu Elizabeth II Sebelum Pisah dengan Pangeran Charles

Lokasi wisata yang utama adalah Kuta dan sekitarnya seperti Legian dan Seminyak, daerah timur kota seperti Sanur, pusat kota seperti Ubud, serta di daerah selatan seperti Jimbaran, Nusa Dua dan Pecatu.

Gubernur Bali, Wayan Koster bahkan menyebut keberadaan pariwisata Bali sudah mampu mengalahkan destinasi wisata di Eropa.

"Apa yang kita lihat sekarang ini, dari dulu pariwisata Bali ini bergengsi banget," kata Wayan Koster saat membuka acara Dialog Publik ‘Bali Darurat Sampah Plastik, Apa Solusinya?’ di Gedung Wiswa Sabha Utama, Kantor Gubernur Bali, pada 28 Februari 2019 sebagaimana dikutip GridHot.ID dari Tribun Bali.

Baca Juga: Tak Terima Rumahnya Digusur, Seorang Ayah Nekat Lempar Putrinya Sendiri dari Atap Rumah Saat Demo

"Nomor satu di dunia sebagai tujuan destinasi wisata dunia. Terbaik di dunia. Tiap tahun dirilis. Mengalahkan Paris, mengalahkan London. Mewah banget," sambungnya.

Pada 2019 ini misalnya, pemerintah pusat menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta.

Dari jumlah itu, 40 persen atau sekitar 8 juta di antaranya akan dibebankan ke Bali.

Sementara untuk wisatawan domestik, Bali diperkirakan oleh WayanKoster akan mencapai angka 9 hingga 10 juta orang.

Baca Juga: Permohonannya Dicuekin Pemerintah, Pria 45 Tahun Ini Putuskan Bangun Sendiri Jalan Desanya

"Luar biasa orang yang datang ke Bali ini," ujar Wayan Koster

Obyek wisata Garuda Wisnu Kencana ( GWK) yang terletak di kawasan GWK Cultural Park, Bukit Ungasan, Kabupaten Badung, Bali
KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI

Obyek wisata Garuda Wisnu Kencana ( GWK) yang terletak di kawasan GWK Cultural Park, Bukit Ungasan, Kabupaten Badung, Bali

Meski Bali sebagai pariwisata dunia, Wayan Koster sangatlah menyayangkan potensi ini tak dirasakan manfaatnya oleh petani-petani di Bali.

Hal itu bisa dilihat dari setiap musim panen di Bali harga-harga produk pertanian selalu anjlok.

Baca Juga: Nikahi Kakek Usia 50 Tahun, Ekspresi Wajah Gadis SMP Ini Jadi Sorotan

Petani pun hanya bisa pasrah terhadap kondisi ini sehingga produk pertaniannya banyak yang membusuk.

"Tapi apa yang terjadi pada saat musim jeruk di Kintamani, jeruknya bonyok ngga laku. Musim salak di Karangsem, bonyok juga ngga laku. Musim manggis di Tabanan, bonyok juga sampai ngga berani metik karena ongkos petiknya lebih mahal daripada harga jualnya,"terang Wayan Koster.

Ia menilai hal ini terjadi lantaran tidak padunya antara produk-produk yang dihasilkan oleh petani terhadap konsumen.

Padahal konsumen wisatawan, baik dari mancanegara maupun domestik selalu memenuhi Bali setiap tahunnya.

Baca Juga: Polwan Cantik Dilamar dengan Mahar Segepok Uang Tunai dan Tanah 1 Hektar, Calon Suaminya Ternyata Bukan Sosok Biasa

"Apa akibatnya ini, petani kita tak menimati kehadiran wisatawan yang datang ke Bali. Gap ini. Orang datang ke sini tapi tak dirasakan manfaatnya oleh petani kita. Kalau bermanfaat salaknya laku, manggisnya laku, (dan) jeruknya laku," kata dia.

Menurutnya, hanya pada saat panen lah petani berharap bisa punya uang, sedangkan harapan itu sering pupus di pihak petani karena harga panennya selalu anjlok.

"Nah disini negara harus hadir untuk mempertemukan pengusaha dengan pertanian. Jangan pariwisatanya cuma enak-enak sendiri cuma berkunjung saja di sini, cuma kencing saja di sini. Harus bermanfaat dia," tuturnya.

Baca Juga: Bak Harta Karun, Warga Palu Temukan Uang Ratusan Ribu Rupiah dari dalam Tanah

Oleh karena itu, pihaknya terus berupaya mencarikan solusi atas permasalahan ini, salah satunya dengan mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 99 tahun 2018 tentang Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali.

Dengan Pergub ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali mewajibkan pelaku pariwisata terutama hotel, restoran dan katering untuk menggunakan produk pertanian, perikanan dan industri lokal Bali.

Di samping itu, hotel, restoran dan katering juga diwajibkan membeli produk itu minimal 20 persen di atas harga produk serta harus melakukan pembayaran dengan cara tunai. (*)

Source : wikipedia Tribun Bali

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x