Ketika beroperasi di lapangan, Joanna diketahui sering 'masuk kolam' pada malam hari untuk meminta nyawa para milisi ISIS.
Ternyata kemampuan Joanna dalam berperang ia dapat secara otodidak.
Hal ini tak lepas dari masa lalunya dimana ia dan keluarga sudah menjadi korban peperangan di Irak.
Baca Juga: Terkuak, Mandor yang Mengunci Pintu Pabrik Korek Gas Ikut Tewas Dilalap Api
Bau mesiu dan desingan peluru serta melihat orang mati dalam pertempuran pernah Joanna rasakan.
Maka tak heran hal demikian membentuk karakter keras Joanna yang tak takut ketika berhadapan dengan ISIS walau keluarganya sempat mengungsikannya ke Denmark sejak usia empat tahun.
Apalagi saat di Denmark kakeknya selalu mengajak Joanna kecil berlatih menembak dengan senapan.
Namun ketika ia mendengar ISIS memperlakukan bangsa Kurdi semena-mena Joanna marah dan memutuskan untuk memerangi gerakan radikal tersebut.
"Para kombatan ISIS adalah mesin pembunuh, namun sejujurnya amat mudah untuk menjatuhkan mereka," ungkapnya kepada Daily Mail.
Para pemimpin ISIS amat pusing menghadapi Palani.
Mereka bahkan akan membayar satu juta dolar atau Rp 13 miliar bagi siapa saja yang bisa membunuh atau menangkap Palani.