Tatang baru bisa bergerak malam hari. Ia mencoba mengikatkan tali bambu di kakinya.
Dengan bantuan gunting kuku, dia mencongkel dua peluru yang bersarang di betisnya. Namun, darah tak juga berhenti mengalir.
Ia pun melepas syal merah putih tempat menyimpan foto keluarga. Sambil berdoa, ia mengikatkan syal tersebut di kakinya.
"Saya memiliki prinsip, hidup mati bersama keluarga, minimal foto keluarga. Saya pun berdoa diberi keselamatan agar bisa melihat anak keempat saya yang masih dalam kandungan, lalu mengikatkan syal merah putih. Ternyata, darah berhenti mengalir. Merah putih menjadi penolong saya," ungkapnya.
Selama empat kali masuk ke medan perang, Tatang mengatakan, pelurunya telah membunuh 80 orang.
Bahkan, dalam aksi pertamanya, dari 50 peluru, 49 peluru berhasil menghujam musuh.
Satu peluru sengaja disisakannya. Ini untuk memenuhi prinsip seorang sniper yang pantang menyerah.
Sebagai seorang sniper, dalam keadaan terdesak, dia akan membunuh dirinya sendiri dengan satu peluru tersebut. (*)