Sedangkan untuk dirinya, sudah tidak dipikirkan, yang didahulukan adalah ibunya. "Kalau saya bisa kuat menahan lapar. Ibu saya teriak-teriak kalau lapar," imbuh Sumairah.
Yang paling membingungkan, ketika Amur mengeluh sakit lambung sambil teriak-teriak, Amur juga sampai menangis karena menahan sakit.
Baca Juga: Deretan Fakta Kematian Yunita Maulida, Remaja Putri Berbobot 142 Kg yang Meninggal di RSUD Sidoarjo
Saat kondisi seperti itu, Sumairah harus pergi mencari utangan ke tetangganya untuk membeli obat pereda sakit lambung.
"Saya tidak tega kalau penyakit lambung ibu kambuh. Demamnya langsung naik. Meskipun utang, terpaksa saya jalani," ungkap Sulihah.
Terkadang mereka harus mendatangkan perawat gratis untuk memeriksa kesehatan ibunya.
"Ada tetangga yang jadi perawat. Ia beberapa kali kami datangkan karena ibu sudah tidak bisa jalan. Alhamdulillah, perawat itu tidak pernah minta bayaran," ujar Sumairah.
Alamat rumah nenek Amur
Belakangan ini ada beberapa orang yang prihatin dengan kondisi Amur dan datang memberikan bantuan.
Bahkan ada sekelompok pemuda, datang memberikan bantuan alas kasur, sembako dan uang sekedarnya.
"Saya prihatin mendengar kehidupan Amur. Bersama kawan-kawan, saya kumpulkan uang untuk membantu Amur," ucap Fudholi, pemuda asal Kecamatan Palengaan, Pamekasan.