Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Buntut Panjang Kasus Siswa Taruna Muda yang Tewas Saat Orientasi, KPAI Ungkap Sekolah Tak Layak Pakai Tapi Uang Gedung Rp 22 Juta

Angriawan Cahyo Pawenang - Rabu, 17 Juli 2019 | 16:27
Buntut Panjang Kasus Siswa Taruna Muda yang Tewas Saat Orientasi, KPAI Ungkap Sekolah Tak Layak Pakai Tapi Uang Gedung Rp 22 Juta
Kompas.com/Aji Yulianto dan Sripoku/Rahma

Buntut Panjang Kasus Siswa Taruna Muda yang Tewas Saat Orientasi, KPAI Ungkap Sekolah Tak Layak Pakai Tapi Uang Gedung Rp 22 Juta

Laporan Wartawan Gridhot.ID, Angriawan Cahyo Pawenang

Gridhot.ID - Kasus tewasnya seorang siswa Taruna di Palembang kini berbuntut panjang.

Selain berhasil menangkap tersangka yang ternyata merupakan staf pengajar korban sendiri, ternyata ada fakta terkait sekolah tersebut.

Dikutip dari Tribun Sumsel, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti menuntut Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan agar melakukan evaluasi ke SMA Taruna Indonesia.

Baca Juga: Alasan Mulan Jameela CS Gugat Prabowo Usai Tak Terpilih Jadi Anggota DPR

KPAI menemukan adanya hal-hal yang kurang layak dalam sekolah tersebut.

Tak hanya dari segi manajemen pengajaran, fasilitas di sekolah tersebut ternyata kurang memadai.

Padahal biaya masuk di sekolah tersebut tidaklah murah.

Baca Juga: Mengenal Sosok Arief Rachadiono Wismansyah, Wali Kota Tangerang yang Berani Lawan Menkumham

"Dari orang tua yang saya wawancarai, biaya masuk saja Rp 22 juta. Perbulan Rp 1,5 juta dan untuk biaya semester Rp 3 juta," jelas Retno.

"Ini adalah hal yang cukup mahal. Kondisi sekolah juga tidak laik kelas tanpa jendela sehingga pencahayaan kurang," tambahnya.

Bahkan ketika diselidiki tidak ada lulusan SMA tersebut tahun lalu yang masuk ke akademi militer.

Baca Juga: Lagi, Kapal Patroli Indonesia Kembali Bersitegang dengan Kapal Pengawas Perikanan Vietnam Sampai Lepaskan Tembakan Peringatan Karena Dihadang

"Tahun lalu itu saja hanya Secaba. Jadi tidak ada yang masuk ke akademi militer jika dilihat dari data tahun lalu. Dengan branding semi militer yang dijual untuk persiapan untuk masuk akademi militer atau polisi," kata Retno.

"Hal seperti ini yang kemudian harusnya bisa menjadi evaluasi Dinas Pendidikan, sejauh mereka melakukan pengawasan sekolah sejenis ini," ujarnya.

Menanggapi kasus penganiayaan siswa Taruna di sekolah yang sama, Retno juga memberi tanggapan.

Baca Juga: Lengkap dengan Daster dan Hijab, Anggota Polisi yang Menyamar Jadi Emak-emak Berhasil Bekuk Komplotan Begal Sadis

Retno mempertanyakan terkait pengawasan dan bimbingan pihak sekolah selama masa orientasi.

Dikutip dari Antara sebelumnya, salah satu staf pengajar ditetapkan sebagai tersangka.

Pelaku yang bernama Obi Frisman (24) disebutkan melakukan tindak penganiayaan kepada muridnya sendiri hingga tewas.

Baca Juga: Rich Brian Jadi Remaja Paling Berpengaruh di Asia Hingga Diundang Jokowi, Dino Pati Djalal Justru Sebut Sang Rapper Bukan Panutan Indonesia

Obi padahal baru saja diterima di sekolah tersebut dan baru bekerja selama 1 minggu.

Kepala Sekolah SMA Semi Militer Plus Taruna Indonesia, Tarmizi Endrianto mengatakan kalau Obbi baru saja bekerja di sekolah tersebut.

Dikutip dari Kompas.com, Obbi disebut Tarmizi baru saja dipanggil untuk bekerja sebagai pembina di sekolah.

Baca Juga: Selingkuhi Istri Orang, Kemaluan Pebinor Habis Dipotong Suami Sah yang Tengah Marah

Disinggung soal kompetensi Obbi sebagai bidang pembina, Tarmizi enggan berkomentar.

Dia minta agar hal itu ditanyakan ke pihak kepolisian karena seluruh informasi telah disampaikan.

(*)

Source :Kompas.comAntaraTribun Sumsel

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x