Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Dulu Besar dan Hidup di Panti Asuhan, Akhmad Mundholin Kini Jadi Direktur Utama Bank

Siti Nur Qasanah - Minggu, 21 Juli 2019 | 09:30
Mundholin, mantan penghuni panti asuhan yang kini menjadi direktur utama BPR BKK Kendal
KOMPAS.com/Slamet Priyatin

Mundholin, mantan penghuni panti asuhan yang kini menjadi direktur utama BPR BKK Kendal

Laporan Wartawan GridHot.ID, Siti Nur Qasanah

GridHot.ID - Akhmad Mundholin, Direktur Utama Bank Pengkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan (BPR BKK) Kendal, Jawa Tegah, rupanya punya kisah masa lalu yang tak mudah.

Bapak tiga anak yang kini tinggal di Desa Pidodo Kulon, Patebon, Kendal, menceritakan bahwa masa kecilnya sangat sulit untuk dilalui.

Dilansir GridHot.ID dari Kompas.com, sewaktu umur 2 tahun, Mundholin harus menjadi anak yatim. Sebab, ayahnya meninggal dunia.

Baca Juga: Demi Beli iPhone X, Mahasiswi Makassar Gunakan Akal Bulus Kirim Foto Disekap dan Minta Tebusan Rp 25 Juta ke Orangtuanya Sendiri

Saat itu, kehidupan ekonomi keluarganya benar-benar memprihatinkan. Bahkan, untuk makan saja, keluarganya kadang masih bergantung dari bantuan tetangga yang dermawan.

"Hidup kami sangat susah," kata Mundholin, sambil meneteskan air mata, Sabtu (20/7/2019).

Mundholin mengatakan, untuk menghidupi 8 orang anak, ibunya bekerja sebagai penarik karcis pedagang pasar.

Baca Juga: Tak Perlu Ikuti Cara Nunung, Ini 5 Cara Sederhana Tingkatkan Stamina Tanpa Bantuan Narkoba

Lantaran gajinya tidak cukup untuk menghidupi 8 anaknya itu, ibunya mencari pendapatan tambahan dengan bekerja sebagai tukan sapu di Pasar Pidodo Kulon.

Mudholin yang merupakan anak ketujuh dari 8 bersaudara tersebut menceritakan, selepas menamatkan sekolah dasar, ia dilanda kebingungan.

Ia ingin melanjutkan sekolahnya ke tingkat SMP, namun ibunya sudah tidak ada biaya.

Suatu saat, ada tetangga yang menawarinya untuk masuk ke panti asuhan. Hal itu dilakukan agar dirinya bisa melanjutkan ke SMP dan SMA. Tawaran itu pun langsung Mundholin terima.

"Tetangga saya itu pengurus panti asuhan," jelasnya.

Baca Juga: Secuil Kisah Nunung dari Diamanahi Ayahnya untuk Jadi Tulang Punggung Keluarga Hingga Kini Kaya Raya dan Terjerat Narkoba

Sejak itu, ia harus hidup di panti asuhan dan pisah dengan keluarga. Segalanya dilakukan supaya Mundholin bisa sekolah.

Mundholin mengatakan, di panti asuhan dirinya dididik mandiri. Ia harus mulai mencuci baju sendiri, merapikan kamar, bersih-bersih, menyapu, mengepel hingga memasak sendiri.

Demi cita-citanya supaya bisa sekolah tinggi, Mundholin tetap menjalani kehidupannya dengan penuh semangat, meskipun di sekolah ia sering dipandang sebelah mata oleh teman-temannya, karena status sosialnya sebagai anak panti asuhan.

Baca Juga: Naik Mobil Mewah, Pengemudi BMW Ini Kedapatan Colong Tempat Sampah di Depan Sebuah Kantor

Rasa minder, tidak percaya diri, merasa dikucilkan, ada dalam diri Mundholin kecil. Tetapi, karena mempunyai semangat supaya bisa sekolah, rasa itu ia abaikan.

Mundholin tetap rajin belajar dan terus berdoa. Hasilnya, di sekolahnya ia mempunyai prestasi yang sangat baik.

"Saya menjadi salah satu anak yang pandai. Teman-teman saya mulai mengakui saya. Bahkan saya ditunjuk oleh guru kelas sebagai ketua kelas," ujarnya.

Lulus SMP, Mundholin melanjutkan ke SMA .

Jarak sekolahnya dengan panti sangat jauh dan tidak mungkin ditempuh dengan jalan kaki. Akhirnya, ia dititipkan untuk tinggal di panti asuhan di Weleri, yang jarakanya dekat dengan sekolah SMA-nya.

Baca Juga: Perjuangan Dokter Hilangkan Kulit Bergelambir Arya Permana Pasca Bocah Laki-laki Tersebut Turunkan Bobot Tubuhnya Hingga 100 Kilogram

Mundholin, saat berfoto dengan kawan-kawannya.
KOMPAS.com/SLAMET PRIYATIN

Mundholin, saat berfoto dengan kawan-kawannya.

"Selepas SMA, saya mulai kerja di BPR di wilayah Kecamatan Gemuh. Saat itu, saya menjadi petugas desa yang bekerja dari kantor balai desa satu ke balai desa lainnya," kata Mundholin.

Lantaran ketekunan dan kejujurannya tersebut, karirnya sebagai karyawan BPR terus meningkat. Sebagian uang pendapatannya ia sisihkan untuk membantu ibu dan membiayai kuliahnya di Universitas Tujuh Belas Agustus (Untag) 1945 Semarang.

Setelah lulus kuliah dan meraih gelar sarjana, ia dipercaya menjadi Wakil Direktur BPR BKK Kendal.

"Alhamdulillah, sekarang saya sudah dua periode ini menjabat sebagai Direktur BPR BKK Kendal dan saya juga sudah lulus S2 atau Megister Menejemen," kata Mundholin.

Baca Juga: Tak Mau Sang Istri Dituduh Macam-macam, Ahok Akhirnya Bongkar Kisah Perceraiannya dengan Veronica Tan

Mundholin mengaku, dirinya tidak pernah malu akan latar belakang kehidupannya sebagai anak panti asuhan ataupun anak yatim. Bahkan, kepada siapapun ia sampaikan bahwa dirinya adalah anak panti.

Sukses menjabat sebagai Direktur BPR BKK Kendal, Mundholin tidak lantas lupa akan asal usulnya.

Ia mengaku, jika hidup sebagai anak yatim memanglah berat, apalagi harus hidup di panti asuhan tanpa keluarga dan harus dituntut mandiri.

Oleh sebab itu, ia sebisa mungkin membantu anak-anak yatim piatu dan panti asuhan.

Diwartakan oleh TribunJateng.com, saat bulan ramadhan, Mundholin kerap melakukan kegiatan buka bersama bersama anak yatim piatu.

Baca Juga: Mulan Jameela CS Gugat Prabowo Supaya Diangkat Jadi Anggota DPR RI, KPU: Mereka Salah Alamat

Seperti pada ramadhan tahun 2018 lalu, Mundholin mengadakan cara buka bersama di rumah Bupati Kendal, Mirna Anissa.

Selain buka bersama, Mundholin juga memberikan santunan kepada anak yatim piatu tersebut.

Santunan itu diberikan kepada anak-anak di dua panti asuhan, yakni panti asuhan NU Darul Hadlonah dan panti asuhan Muhammadiyah Weleri.

Baca Juga: Tak Hanya Tumpas Kapal Ikan Asing, Susi Pudjiastuti Juga Tegas Pada Pembuang Sampah di Laut: Saya Gantung di Pelabuhan!

"Ini kegiatan rutin yang tiap tahunnya kami laksanakan. Tahun sebelumnya acara buka bersama dan santunan ini dilaksanakan di Sukorejo. Saat ini atas izin bupati (Kendal), kami mengadakan acara ini di rumahnya," katanya. (*)

Source :Kompas.comTribun Jateng

Editor : Grid Hot





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x