Marsyudi mengatakan Mbah Moen semasa hidupnya adalah sosok yang jembar atau lapang dada. Jembar perasaannya, jembar pemikirannya.
Ketika ada persoalan yang dihadapi para ulama dan para pengurus PBNU, Mbah Moen akan langsung memberikan solusi dan jalan keluar disertai contoh-contohnya.
Hal ini tak terlepas dari masa muda Mbah Moen yang lekat dengan pelajaran agama yang mendalam dari orang tuanya yaitu Kiai Zubair.
Kiai Zubair merupakan Kiai asal Rembang yang memiliki kedalaman ilmu mengenai agama.
Pada waktu muda, K.H Maimoen Zubair sempat belajar ke beberapa guru di Indonesia bahkan hingga tanah suci Mekkah.
Pada Masa Mudanya, Mbah Moen sempat belajar pada beberapa guru ngaji di Pesantren Lirboyo, Kediri.
Melansir dari situs online NU, Mbah Moen belajar mengaji dibawah bimbingan Kiai Abdul Karim, Kiai Mahrus Ali dan Kiai Marzuki.
Kemudian pada umur 21, Mimun Zubair meneruskan belajarnya di Mekkah dengan didampingi kakeknya, Kiai Ahmad bin Syuaib.
Di tanah Arab, beberapa guru menjadi tempat untuk memperdalam ilmu Maemoen muda, diantaranya Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly.