Melansir dari situs online NU, Mbah Moen belajar mengaji dibawah bimbingan Kiai Abdul Karim, Kiai Mahrus Ali dan Kiai Marzuki.
Kemudian pada umur 21, Mimun Zubair meneruskan belajarnya di Mekkah dengan didampingi kakeknya, Kiai Ahmad bin Syuaib.
Di tanah Arab, beberapa guru menjadi tempat untuk memperdalam ilmu Maemoen muda, diantaranya Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki, Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath, Sayyid Amin al-Quthbi, Syekh Yasin Isa al-Fadani, Syekh Abdul Qodir al-Mandaly.
Mbah Moen juga meluangkan wakstunya untuk mengaji ke beberapa ulama di Jawa.
Beberapa ulama tersebut diantaranya adalah Kiai Baidhowi, Kiai Ma'shum Lasem, Kiai Bisri Musthofa (Rembang), Kiai Wahab Chasbullah, Kiai Muslih Mranggen (Demak), Kiai Abdullah Abbas Buntet (Cirebon), Syekh Abul Fadhol Senori (Tuban).
Usai mendalami ilmu agama di tanah Arab, pada tahun 1965, Mbah Moen kembali ke Indonesia dan mengabdikan dirinya mengajar di Sarang, Rembang.
Di tanah kelahirannya itulah Mbah Moen mulai menulis beberapa kitab yang menjadi rujukan para santri, satu diantaranya kitab berjudul Al-Ulama Al-Mujaddidun.
Source | : | NU Online,GridHot.ID,Antaranews |
Penulis | : | Nicolaus |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar