Dua pejabat itu kemudian diarak keliling kota selama empat hari penuh sejak 30 Juli di depan para warga sambil memegang tanda berisi mereka gagal dengan janji mereka.
Masih belum cukup dengan dipermalukan, Santiz dan Ton juga diharuskan menghentikan setiap pengguna jalan di perempatan, dan memohon donasi untuk menyelesaikan janji kampanyenya.
Dalam wawancara dengan media setempat, Santiz menjelaskan bahwa sebenarnya hendak menyelesaikan proyek yang dia janjikan.
Namun dananya tidak cukup. Dana sebesar 3 juta peso, sekitar Rp 2,1 miliar, yang dibutuhkan untuk membangun jaringan air bagi kota Huixtan ternyata diberikan pemerintah provinsi ke daerah lain.
Namun, warga yang berada di sekelilingnya marah dan menuduhnya pembohong.
Mereka menyerukan adanya investigasi untuk membuktikan Santiz tidak mencuri dana itu.
Santiz bersikukuh dia tidak bersalah namun dia juga tidak keberatan diselidiki.
Foto-foto dia dan Ton yang diarak sambil memakai baju perempuan pun marak di media sosial.
Para warganet memuji inisiatif warga Huixtan dan menyatakan mereka hendak melakukan hal yang sama terhadap pemerintahan di wilayah mereka karena dianggap melanggar kampanye.