GridHot.ID -Aria Kusuma Wijaya Siswa SMA Negeri 6 Kota Pematangsiantar menjadi tulang punggung keluarga setelah ayahnya hanya bisa terbaring di atas kasur.
Aria setiap hari harus membagikan waktu untuk mengurus ayah dan adiknya, serta bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Aktivitas ini telah dijalani selama delapan bulan.
Aria yang mengenakan kaca mata ini setiap pulang sekolah sekitar pukul 14.00WIB langsung bergegas berganti pakaian untuk bekerja menjadi pelayan di rumah makan.
Ditemui tribun-medan.com, Sabtu (10/8/2019) di rumahnya di Jalan Viata Yudha, Kelurahan Bah Kapul, Kecamatan Sitalasari, Perumahan BTN Blok 9 Nomor B5 Kota Pematangsiantar, Aria tampak langsung membersihkan rumah.
Aria terlebih dahulu memerhatikan seluruh keperluan ayahnya.
Aria menggunakan sepeda motor inventaris PAC NasDem untuk keperluan sehari-hari. Sepeda motor itu merupakan pemeberian PAC NasDem kepada ayahnya sebagai mantan ketua.
Aria mengatakan sebelum berangkat bekerja mengurusi ayahnya untuk makan, buang air, atau membersihkan tubuh.
Aria mengatakan sadar dengan kondisi kehidupan yang diderita saat ini. Ia lebih memilih untuk berjuang dibanding hanya menunggu uluran tangan dari orang lain.
Aria setiap hari digaji sebesar Rp 15 ribu untuk pekerjaan sebagai pelayan di rumah makan.
Terkadang, ia juga mengisi waktu dengan bekerja membersihkan sepeda motor di Doorsmer dengan bayaran Rp 5 ribu.
Baca Juga: Dugem di Diskotek, Wanita Muda Pekerja Salon Ditemukan Tewas, Diduga Overdosis Pil Ekstasi
Aria bercita-cita dapat membawa ayahnya berobat ke rumah sakit dengan uang yang dikumpulkan.
"Tidak seberapa dapatnya, tapi bisalah dicukup-cukupkan. Misalnya ada ingin mau dibeli, itulah dihemat-hemat. Contohnya untuk jajan adik, kadang untuk kebutuhan saya sekolah. Mau kadang ada tugas sekolah harus mengeluarkan uang. Pakai lagi beli minyak sepeda motor. Begitulah setiap hari. Kalau ada sisa, contohnya Rp 5 ribu, itulah saya simpan. Nanti dipakai saat butuh, mana tau bocor ban sepeda motor,"ungkapnya.
Hal yang menyedihkan, Aria harus mengerjakan tugas sekolah di sela-sela kesibukan bekerja.
"Kalau lagi kosong kerjaan, tidak membersihkan piring, tidak ada yang dilayani orang makan, disitulah kukerjakan PR. Selama ini masih bisa diatur," katanya seraya selalu melawan kantuk atau lelah saat mengikuti aktivitas di sekolah.
Aria mengaku sering membawa makanan dari rumah makan tepat bekerja. Makanan itu sering dikasih untuk adiknya.
"Bersyukur juga bang bisa bawa makanan. Itulah bisa membantu. Tapi pas lagi tidak ada makanan, contohnya saat saya tidak kerja, adik beli sayur dan ikan seadanya. Itulah dihemat. Memang sekali seminggu saya libur,"ungkapnya.
Baca Juga: Thalia, Putri Sulung Ruben Onsu Ketakutan dan Menangis Histeris Saat Mimpi Ayahnya Bersimbah Darah
Bagi Aria, ayahnya merupakan sosok penyemangat hidup dan menginspirasi karena sejak ibunya meninggal dunia.
Ibunya, Suri Fatimah meninggal dunia karena mengidap penyakit kanker, pada saat ia duduk di bangku kelas VI SD.
Ketika disinggung tentang uang sekolah, Aria mengaku mendapatkam perlakukan khusus.
Saat ini, pihak sekolah telah membebaskan Aria dan adiknya Zawa Kencana dari beban SPP hingga kelak nanti tamat.
Zawa merupakan siswi kelas XI di SMA 6 Pematangsiantar.
"Guru-guru saya tau masalah baru-baru ini ketika adik saya ijin kepada guru untuk tidak ikut pramuka. Kebetulan pramuka kewajiban di sekolah,"katanya.
"Baru-baru ini saya terbuka. Saat guru nanya adik kenapa tidak bisa, adik bilang harus menjaga ayah yang sedang sakit. Dan guru mencoba mencari kebenarannya dan dari situlah juga guru tau kalau saya abangnya Zawa Kencana. Guru saya juga sudah datang ke rumah ini," ungkapnya.
Artikel ini telah tayang di Tribun Medan dengan judul "Bergaji Rp 15 Ribu Per Hari, Aria jadi Pelayan setelah Pulang Sekolah untuk Hidupi Ayah dan Adiknya"
(*)