Jumlah tersebut bahkan jauh lebih sedikit ketimbang penghasilannya saat menjadi kuli bangunan.
Pada saat ia menjadi kuli bangunan, upah sejumlah Rp 150.000 bisa ia peroleh setiap harinya.
Bahkan dalam sebulan sudah ia bisa mendapatkan upah sekitar Rp 4,5 juta.
Ia menuturkan, saat masih di Jakarta, Rivo dan istrinya bahkan harus rela makan kacang-kacangan, rempeyek dan minum kopi lantaran bayaran sebagai atlet tinjunya yang sangat sedikit.
Mirisnya lagi, sebagai seorang atlet tinju kelas dunia, ia hanya diberi uang sebesar Rp. 100.000 untuk membeli asupan vitaminnya.
"Uang itu hanya beli vitamin CDR saja sudah habis. Seharusnya kita diberikan susu atau vitamin yang lebih untuk kebugaran," katanya, dikutip dari Kompas.com.
Disaat menyabet juara kelas IBF Pan Pacific, pihak sponsor, sempat berjanji akan memberikan sepeda motor, namun sampai hari ini janji itu tak pernah ditepati.
Hidup bergantung pada profesi petinju yang sangat jauh dari kata layak menjadi alasan untuknya dan istri kembali ke Manado dan beralih profesi agar kehidupan keluarganya kembali stabil.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Nicolaus |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar