Laporan Wartawan Gridhot.ID, Candra Mega
Gridhot.ID -Nama aktivis pegiat Hak Asasi Manusia (HAM), Munir Said Thalib tentu masih terngiang di ingatan publik Indonesia.
Pasalnya, kasus pembunuhan pada 7 September 2004 silam yang merenggut nyawa Munir belum benar-benar tuntas.
Hilangnya nyawa Munir masih menyisakan tanda tanya karena dilingkupi misteri yang belum bisa dibuktikan hingga kini.
Diketahui,15 tahun yang lalu Munir tewas dibunuh di dalam kabin pesawat Garuda saat perjalanan menuju Amsterdam, Belanda.
Untuk mengenang beliau, KompasTV melalui acara 'Rosi' mendatangkan istri dan kedua anaknya untuk sejenak berbincang dalam acara yang bertema '15 Tahun Munir: Menolak Lupa'.
Dalam acara itu terungkap beberapa fakta yang mungkin tak banyak orang ketahui tentang keluarga Munir setelah sepeninggalnya.
Salah satunya adalah pertanyaan yang pernah terlontar dari mulut anak bungsunya, Diva Suki Larasati.
Saat kejadian itu berlangsung, umur Diva masih menginjak dua tahun dan tentu sulit baginya saat itu untuk memahami situai yang sedang terjadi.
Namun ketika pembawa acara Rosi bertanya, adakah yang ditanyakan Diva saat itu tentang abahnya, Munir, jawabannya pun membuat Rosi tercengang.
"Ya (pernah), mungkin bisa dikatakan ini sensitif, untuk anak dua tahun menanyakan pada ibunya,"jawab Divadikutip dariYoutube KompasTV yang ditayangkan langsung pada (5/9/2019).
"Seorang ibu yang barusan ditinggalkan oleh suaminya, bahwa saya menanyakan 'Kenapa abah dibunuh?'" ungkap Diva.
Hal ini jelas membuat kaget Suciwati, istri Munir, mengetahui anaknya yang masih berusia dua tahun itu memiliki pertanyaan yang cukup kritis di usianya.
"Saya pun cukup kaget," terang Suciwati yang tak lama kemudian terlihat menunduk sedih.
Diva pun mengaku tak lagi menanyakan hal itu lantaran tak mau ibunya kembali sedih.
"Aku cukup kaget dengan reaksi ibu yang tiba-tiba sedih. Akhirnya saya tidak bertanya lagi dari ibu karena saya tahu betapa dengan satu pertanyaan itu bisa membuat hati ibu saya hancur," ungkapnya kemudian.
Seperti yang diketahui, Munir tewas saat perjalanan menuju Ultrecht untuk mendalami perlindungan internasional terkait HAM.
Di kabin pesawat Garuda bernomor penerbangan GA-974 itu, Munir mengembuskan napas terakhirnya.
Kematian Munir ini awalnya diduga karena sang pegiat HAM tersebut sakit setelah beberapa kali terlihat bolak-balik ke toilet selama penerbangan selepas transit di Bandara Changi, Singapura.
Namun hasil autopsi yang dilakukan oleh kepolisian Belanda dua bulan setelah pemakamannya pada 12 November 2004 menunjukkan fakta lain.
Seperti yang dilansir dari Kompas.com, hasil dari autopsi itu menunjukkan adanya senyawa arsenik di tubuh Munir.
Hasil autopsi ini pun kemudian diumumkan oleh Kepolisian RI (Polri) di Jakarta.
"Begitu hasil pemeriksaan laboratorium terhadap jenazah Munir dari Belanda yang kami terima dari Departemen Luar Negeri (Deplu). Ada dugaan kematian Munir tidak wajar," ujar Kapolri saat itu, Jenderal Pol Da'i Bachtiar.
Melansir dari Intisari Online, salah satu ahli forensik Indonesia, yang kini telah tiada, Mun'im Idries pernah bercerita tentang kasus yang menimpa Munir.
Muni'im merasa kasus kematian aktivis HAM Munir belum tuntas tapi dipaksakan untuk tuntas.
Meski Pilot Garuda Pollycarpus Budihari Priyatno sudah menjalani vonis 20 tahun penjara, tapi siapa aktor utamanya?
Sudah 15 tahun berlalu, namun Polri masih belum bisa menguak misteri siapa dalang dari kasus pembunuhan Munir.
(*)