Laporan Wartawan Gridhot.ID, Candra Mega
Gridhot.ID - AH Nasution merupakan salah satu jenderal yang menjadi target dalam peristiwa berdarah G30S/PKI.
Peristiwa yang terjadi pada 30 September 1965 silam merenggut nyawa 7 perwira militer dan beberapa orang lainnya.
Salah satu yang menjadi target sasaran adalah AH Nasution, tapi dirinya selamat dari penculikan.
Dikutip dari Sosok.ID, salah satu anak AH Nasution, Ade Irma Suryani justru menjadi korban salah sasaran dalam peristiwa G30S/PKI.
Irma tewas setelah timah panas dari pasukan Tjakrabirawa mengenai punggungnya
Kakak dari Ade Irma, Hendrianti Sahara Nasution yang menjadi saksi mata menceritakan detik-detik berdarah yang merenggut nyawa adiknya.
Dalam sebuah wawancara yang disiarkan oleh TV One, Hendrianti mengatakan adiknya tewas ditembak oleh personil Tjakrabirawa dari jarak dekat.
Awalnya Nasution dan istrinya, Johanna Sunarti Nasution terbangun dari tidurnya pada pukul 03.30 WIB dini hari.
Rupanya ada sekelompok orang bersenjata mendatangi rumah mereka di Menteng, Jakarta Pusat.
Baca Juga: Cara Busananya Dikomentari Nia Ramadhani, Ayu Ting Ting Berikan Tanggapan Tak Biasa
Orang-orang bersenjata itu ternyata dari pasukan pengawal presiden Tjakrabirawa.
"Pukul 3.30 pagi, ibu saya dan ayah terbangun gara-gara nyamuk. Terdengar pintu digerebek, ibu saya melihat pasukan Cakrabirawa masuk," kata Hendrianti.
Istri AH Nasution, Johanna sudah berfirasat bahwa suaminya menjadi incaran pembunuh sebelum peristiwa G30S/PKI pecah.
Johanna yang tahu jika pasukan Tjakrabirawa sudah memasuki rumah lantas menutup pintu kamarnya.
"Itu yang mau membunuh kamu sudah datang," kata Johanna kepada suaminya.
"Lalu bapak (AH Nasution) bangun dan bilang biar saya hadapi, tapi ibu bilang jangan," kata Hendrianti.
Melansir dari Tribun Bogor, pasukan Tjakrabirawa menembaki kamar tempat Nasution, istrinya danAde Irma tidur.
Nasution kena tembakan pasukan Tjakrabirawa tapi masih bisa bergerak dan melompati pagar menuju Kedubes Irak yang persis disamping rumahnya.
Lantas, Johanna berusaha menahan pintu kamar agar pasukan Tjakrabirawa tak bisa masuk.
Yang dipikirkan saat itu keselamatan Ade Irma, bocah kecil tersebut kemudian diserahkan kepada adik ipar Johanna.
"Ibu bilang ke adik bapak, tolong pegang Irma, karena dia harus menyelamatkan bapak. Sementara ibu beliau nangis lihat ayah ditembak," carita Hendrianti.
Adik Nasution menuruti permintaan Johanna, ia menggendong Ade Irma Suryani.
Namun,adik Nasution panik dan tak sengaja membuka pintu yang diberondong oleh pasukan Tjakrabirawa.
"Langsung, (pasukan Cakrabirawa) menembak adik saya. Jaraknya segini (sambil menunjuk diorama tempat ditembaknya Ade Irma dalam jarak dekat)," katanya.
Tangan adik Nasution juga tertembak dan peluru tersebut sampai menembus ke Ade Irma.
Baca Juga: Cara Busananya Dikomentari Nia Ramadhani, Ayu Ting Ting Berikan Tanggapan Tak Biasa
"Adik saya ditembak, peluru masuk ke tangan tante saya, dan menembus ke badan adik saya," ujarnya.
Setelah tertembaknya Ade Irma, bocah kecil tersebut kemudian digendong oleh ibunya.
Piyama tidur Ade Irma sudah bersimbah darah dan tercecer di mana-mana.
Ada tiga buah peluru bersarang di badan Ade Irma.
Hendrianti yang kala itu masih berusia 13 tahun juga ketakutan.
Hendrianti bahkan nekat melompat dari jendela yang tingginya 2 meter untuk menyelamatkan diri.
"Sampai tulang kaki saya patah yang saya rasakan sakitnya sampai sekarang, paha kaki saya yang kanan penuh dengan pen penyambung tulang," ucapnya.
Hendrianti kemudian berjalan terpincang-pincang menuju ke kamar ajudan Nasution, Lettu Czi Pierre Tendean.
Pierre Tendean yang mendapati hal tersebut lantas menyuruh Hendrianti sembunyi di kamarnya dan memberi tahu jika keselamatan keluarganya sedang diujung tanduk.
"Tak berapa lama terjadi ribut-ribut di ruang jaga dan ajudan Pak Nas Lettu Czi Pierre Tendean diculik. Sampai pagi saya bersembunyi," katanya.
Pagi harinya, Johanna kemudian mencari Hendrianti sembari menggendong Ade Irma yang terluka.
Setelah menemukannya, Ade Irma segera dilarikan ke RSPAD untuk mendapat perawatan medis.
Ade Irma menjalani operasi pengangkatan proyektil peluru beberapa kali.
Hendrianti menangis sejadi-jadinya melihat keadaan sang adik.
"Adik saya bilang, 'Kakak jangan nangis, adik sehat'," katanya.
Dalam keadaan kritis, Ade Irma masih sempat menanyakan soal ayahnya.
"Adik tanya ke ibu saya, 'Kenapa ayah mau dibunuh mama?"
Kata-kata tersebut rupanya menjadi ucapan terakhir Ade Irma sebelum meninggal.
"Tanggal 6 Oktober adik saya dipanggil Allah. Saya sebagai manusia sudah memaafkan mereka tapi peritiwa ini tidak boleh dilupakan," pungkasnya.
(*)